REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bahasa kuno aborijin di Australia ternyata hanya mengenal angka sampai angka lima. Namun, belakangan bahasa ini berkembang dan kata untuk angka tujuh, misalnya merujuk pada bentuk bumerang.
Demikian terungkap dalam laporan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Proceedings of the Royal Society B, Rabu (16/9).
Penelitian ini mengungkapkan bahasa kuno penduduk Australia tidak statis melainkan menyesuaikan diri pada kebutuhan terhadap kata-kata baru. Penelitian ini merupakan kolaborasi yang dipimpin Profesor Claire Bowern dan Kevin Zhou dari Yale University.
Bowern yang merupakan lulusan Australian National University, menggunakan data yang ia kumpulkan selama delapan tahun berupa 750 ribu kata yang dipergunakan oleh sekitar 400 bahasa aborijin.
Penelitian ini fokus pada sistem angka dalam rumpun bahasa Pama-Nyungan yang mencakup hampir 70 persen bahasa asli Australia.
Tim peneliti menerapkan metode analisa yang biasa dipergunakan dalam bidang biologi evolusi untuk merekonstruksi asal-usul bahasa aborijin saat ini.
"Dengan metode rekonstruksi ini kita bisa mengetahui bagaimana bahasa ini dipergunakan 5.000 tahun silam," jelas Bowern.
Dijelaskan, bahasa yang dipergunakan manusia dari era berburu dan mengumpul makanan masih memiliki keterbatasan dalam konsep angka.
"Hampir semua bahasa aborigin memiliki batasan angka tertinggi," katanya.
Bowern menjelaskan, batasan ini bervariasi namun umumnya angka tertinggi yang mereka pergunakan adalah angka lima.
"Namun ada beberapa komunitas yang mengenal konsep angka di atas 10," jelasnya.
Hal itu, masuk akal jika tidak ada kebutuhan untuk menghitung lebih dari batasan jumlah yang kecil. Namun demikian, penelitian ini menunjukkan sejumlah bukti bahasa aborijin dewasa ini telah beradaptasi.
"Mereka menciptakan konsep angka berdasarkan bentuk simbol angka dalam bahasa Inggris," katanya.
Ia mencontohkan, kata "tujuh" merujuk pada bentuk bumerang yang berbentuk simbol angka tujuh.