Kamis 17 Sep 2015 10:02 WIB

Apa Kabar Muslim Rohingya?

Rep: c 27/ Red: Indah Wulandari
Bayi pengungsi etnis Rohingya lahir dengan selamat bersama ibunya di rumah penampungan Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (9/9).
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
Bayi pengungsi etnis Rohingya lahir dengan selamat bersama ibunya di rumah penampungan Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- “Satu, dua, tiga, empat, lima,” terdengar suara anak kecil sedang menghitung sambil menunjukkan jarinya pada papan yang tepasang poster dengan gambar angka 1 sampai 50.

Dinding itu juga memuat pelbagai poster lainnya, ada poster huruf alfabet, doa sehari-hari, dan tata cara shalat, pada bagian atas dari poster-poster tersebut tertulis, “STOP KEKERASAN ANAK”.

Setelah anak kecil pertama yang hanya mampu melafalkan bilangan 1 hingga 20 berlalu, tidak beberapa lama anak perempuan datang menghampiri tembok tersebut. Kemudian, tanpa basa-basi ini memulai menghitung dari 1 hingga 29 dengan bahasa Inggris.

Anak-anak pengungsi Muslim Rohingya mulai bisa memahami hitungan dan mengenal benda yang ditemukan sehari-hari, meski tidak semua berani untuk mengucapkannya. Beberapa anak akan berlarian saat didatangi pengunjung dari luar karena malu.

Ada pula yang justru akan unjuk gigi dengan senang hati di depan para tamu yang mengunjungi pengungsian di kota Langsa, Nangroe Aceh Darussalam tersebut. Anak-anak dengan senyum yang lebar dan sinar mata di pengungsian mulai bias melakukan komunikasi dua arah, meski belum banyak yang melakukan itu.

Para muslimah Rohingya pun mulai bisa berkomunikasi dua arah dengan lebih baik daripada anak-anak. Siapa menyangka, saat tujuh bulan lalu mendarat di Indonesia, mereka tidak bisa berkomunikasi sama sekali, mereka seperti bisu dan kebingungan. Tapi, saat ini para pengungsi mulai dapat diajak berbicara menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

"Senang di Indonesia, makan bagus, mandi bagus, tidur bagus, rumah bagus. Alhamdullilah," ujar salah satu Muslim Rohingya saat ditanya oleh Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini beserta Wali Kota Langsa Usman Abdullah, awal pekan lalu.

Supervise School for Refuges Dompet Dhuafa Muhammad Hasan Tutupoho menjelaskan, para pengungsi telah mengalami perkembangan berbahasa yang mengagumkan. Menurutnya, hal ini sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai pengungsi yang memungkinkan berpindah ke negara lain.

“Mereka itu unik, meski bermain sambil belajar bersama relawan-relawan School for Refuges, mereka Alhamdulllah diberikan kemampuan,” ujar relawan asal Maluku tersebut.

Ia yakin, pengungsi Muslim Rohingya dapat mengembangkan diri lebih baik lagi untuk menunjang kehidupannya, terlebih lagi dibantu dari para relawan. Mereka, ujarnya, tidak akan takut lagi untuk menyuarakan pendapatnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement