REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'aruf Amin mengatakan insiden Mina seharusnya tidak terjadi.
Pasalnya, saat ini pemerintah Arab Saudi telah menyediakan tempat sebanyak lima lantai untuk prosesi lempar jumrah ini. Sehingga seharusnya tidak berdesak-desakan.
"Dulu waktu masih satu lantai itu masih dimaklumi karena desak-desakan. Bahkan pernah dua lantai atas bawah itu juga masih terlalu penuh di atas desakan jatuh ke bawah. Tetapi kalau sudah lima lantai dan luas seharusnya memang tidak terjadi. Saya juga heran kalau bisa terjadi seperti itu," ujar KH Ma'aruf Amin kepada Republika.co.id, Kamis (24/9).
Ia menjelaskan, dengan sistem yang sudah rapi namun masih ada jamaah haji yang meninggal saat proses pelemparan jumrah tersebut bisa jadi dikarenakan rombongan jamaah kurang memperhatikan dan mengikuti peraturan yang ada.
Untuk itu, pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan bimbingan dan mengingatkan jamaah haji agar tidak bernafsu dalam proses pelemparan jumrah. Jamaah diminta untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Pemerintah juga harus mengambil tempat dan waktu yang tidak begitu padat saat jamaah haji Indonesia akan melempar jumrah. Apalagi, melempar jumrah juga dapat dilakukan di malam hari. Sehingga dapat menggunakan waktu lengang tersebut.
"Mungkin lantai dua kosong, lantai tiga ksosng. Nah itu yang harus diatur. Untuk dibawah jam berapa. Jangan bernafsu dan mengikuti atutan," katanya.
Ia menambahkan, melempar jumrah memang merupakan rukun ibadah haji. Sehingga harus dijalani oleh semua jamaah. Melempar jumrah mengikuti perintah nabi Ibrahim yang melempar setan karena menghalangi perjalanannya.