REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Iran Hassan Rouhani menekankan diadakannya penyelidikan terkait peristiwa jamaah haji yang terinjak-injak di Arab Saudi. Seruan itu disampaikan Rouhani dalam pidatonya di markas PBB, Sabtu (26/9).
Menghadiri pertemuan puncak pembangunan PBB, Rouhani mengungkapkan rasa "penyesalan yang menyayat hati atas insiden di Mekah pada Rabu (23/9). Korban tewas dilaporkan naik menjadi 769 termasuk sedikitnya 136 warga Iran.
Pemimpin Iran itu mengatakan ia ingin menekankan perlunya perhatian cepat terhadap jamaah yang cedera serta menyelidiki penyebab insiden itu dan insiden serupa lainnya dalam ibadah haji pada tahun ini. Pernyataan itu datang di tengah ketegangan antara Iran dan Arab Saudi selama konflik di Yaman dan Suriah, di mana Riyadh melihatnya sebagai upaya Teheran untuk memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.
Perang di Suriah dan Yaman adalah salah satu isu utama yang akan dibahas dalam pidato pembukaan Sidang Umum PBB pada Senin (28/9), segera setelah KTT pembangunan dilaksanakan. Beralih ke KTT pembangunan, Rouhani berbicara menentang kekerasan ekstremis yang menurutnya telah membunuh aspirasi untuk memerangi kemiskinan dan menjaga lingkungan di Timur Tengah.
"Kelompok teroris menghancurkan tujuan pembangunan berkelanjutan," kata Rouhani, sehari setelah para pemimpin mengadopsi 17 sasaran untuk mengakhiri kemiskinan, mempromosikan keadilan sosial, dan memerangi perubahan global pada tahun 2030.
Kesepakatan bersejarah nuklir Iran telah membuka kerja sama regional yang akan membantu upaya dalam bidang perlindungan lingkungan, katanya. Rouhani melakukan kunjungan pertamanya ke PBB sejak kesepakatan nuklir dicapai dengan negara-negara yang disebut dengan P5 +1 antara lain Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, ditambah Jerman.