REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Penyuluh pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih minim. Sehingga dukungan terhadap kelompok-kelompok tani dan ternak tidak maksimal. Selain itu, banyak penyuluh yang memegang puluhan kelompok tani lintas sektor. Padahal, sebaiknya, penyuluh fokus pada salah satu kelompok di tiap sektor.
“Kesulitan penyuluh, tidak ada penyuluh yang spesifik tiap sektornya,” ujar Tarmizi, penyuluh Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, NTB kepada wartawan saat acara reses anggota DPRD NTB, Hadi Sulthon di Dusun Lias, Selasa (29/9).
Saat ini, ia menuturkan, memegang 57 kelompok tani di Desa Genggelang. Banyaknya, kelompok yang dipegang menyebabkan dirinya tidak maksimal dalam memberikan penyuluhan kepada para petani.
Kepala Tata Usaha Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) NTB, Muhammad Riadi mengatakan jumlah penyuluh pertanian di Kabupaten Lombok Utara masih kurang. Idealnya, pada satu desa terdapat satu penyuluh.
Namun, kekurangan penyuluh tidak lantas bisa dengan mudah mengangkat penyuluh baru. Sebab, untuk mengangkat penyuluh relatif sulit dikarenakan regulasi yang mengatur pengadaan penyuluh berbeda. Oleh karena itu, muncul inisiatif menambah penyuluh dengan mengangkat penyuluh swadaya.
“Kabupaten Lombok Utara kekurangan penyuluh, idealnya satu desa satu penyuluh. Namun, sulit meminta angkat penyuluh sebab pengadaan regulasi yang berbeda. Strateginya, menambah penyuluh dengan mengangkat penyuluh swadaya,” ungkapnya.