REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik menyebut turunnya harga barang/jasa atau deflasi sebesar 0,05 persen pada September 2015 bukan disebabkan penurunan daya beli masyarakat. BPS menilai deflasi terjadi karena upaya pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi.
"Bukan karena menurunnya daya beli. Menurut saya karena pemerintah all out menekan inflasi," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, Kamis (1/10).
Sasmito mengatakan, BPS selalu mengingatkan pemerintah agar berupaya keras menjaga tingkat inflasi dengan mengendalikan harga pangan. Kalau mau inflasi turun, kata dia, harga komoditas pangan harus diturunkan.
Sasmito mengakui bahwa harga beras yang menjadi salah satu faktor penentu tingkat inflasi memang masih mengalami kenaikan harga 2,04 persen pada bulan lalu. Namun, kenaikan harga beras itu terbantu dengan turunnya beberapa harga bahan makanan sehingga menyebabkan deflasi. "Terbantu oleh penurunan harga-harga pangan yang lain," kata Sasmito.
Berdasarkan data BPS, harga bahan makanan tercatat mengalami penurunan 1,07 persen. Beberapa contoh komoditas pangan yang harganya turun adalah daging ayam ras yang turun 9,31 persen, cabe merah turun 10,98 persen, bawang merah turun 12,27 persen, dan cabe rawit yang turun 12,27 persen.
Dengan terkendalinya tingkat inflasi yang baru mencapai 2,24 persen sepanjang Januari-September , Sasmito meyakini target inflasi 4 plus minus 1 tidak akan terlampaui. Meski begitu, pemerintah tetap harus mengendalikan harga pangan dan tidak menaikkan harga bahan bakar minyak pada tiga bulan terakhir ini.
"Kalau dalam tiga bulan ke depan setiap bulannya hanya inflasi 0,5 persen saja, target bisa tercapai," ujar Sasmito.