Senin 05 Oct 2015 11:31 WIB

S&P: Industri Keuangan Islam Hadapi Tantangan Serius

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
sukuk (ilustrasi)
Foto: theentrepreneur.my
sukuk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Industri keuangan Islam diprediksi akan menghadapi tantangan serius dalam beberapa tahun ke depan. Merosotnya harga minyak mentah turut membawa dampak negatif bagi sejumlah pasar utama keuangan Islam.

Managing Director & Regional Head Middle East Standard and Poor's (S&P), Stuart Anderson mengatakan, dari analisis S&P, setelah tumbuh solid 20 tahun, industri keuangan Islam berhasil melewati sejumlah hambatan. Namun, realitas anjloknya harga minyak dunia bisa menggerus anggaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi pasar utama keuangan Islam.

Volume penerbitan sukuk global pun sudah turun menjadi 48,8 miliar dolar AS sejak awal 2015 hingga akhir September 2015 dari sebelumnya 82,7 miliar dolar AS untuk periode yang sama tahun lalu.

Pada analis memprediksi, penurunan di pasar utama keuangan Islam ini masih akan terjadi pada 2016. Beruntung, penerbitan sukuk dari negara-negara non Islam seperi Rusia, negara-negara Eropa dan Afrika diprediksi akan jadi penyeimbang.

''Turunnya sukuk secara signifikan tahun ini tak lepas dari dampak penghentian penerbitan sukuk sementara oleh Bank Negara Malaysia (BNM) dan menggantinya dengan instrumen manajemen likuiditas lain,'' ungkap Global Head of Islamic Finance S&P Mohammad Damak seperti dikutip Gulf News, Senin (5/10).

Selain harga minyak, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed ditambah mengetatnya likuiditas perbankan membuat penerbitan sukuk terancam makin rendah.

Di sisi lain, S&P melihat sejumlah pemain baru keuangan Islam juga akan bermunculan. Pembiayaan pembangunan infrastruktur di sejumlah negara juga diprediksi akan memanfaatkan sukuk.

Dengan makin kompetitifnya imbal hasil sukuk terhadap kupon obligasi, Damak menilai sudah saatnya para penerbit sukuk, termasuk korporasi, diberi insentif.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement