Senin 05 Oct 2015 18:01 WIB

Abdul Haleem Noda, Lampu Hijau Cahaya Islam di Jepang

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Jepang
Foto: Onislam
Muslim Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah memantapkan dirinya untuk memeluk Islam, Torajiro Noda mengganti namanya menjadi Abdul Haleem Noda. Ia pun memutuskan kembali ke Jepang dan memantapkan identitas barunya di negara Matahari Terbit tersebut.

Al-Samarrai yakin, dari penelitian yang ia lakukan, Noda bisa dinyatakan sebagai warga Jepang pertama yang memeluk Islam, lalu kembali dan menetap di tanah airnya. Tak hanya itu, al-Samarrai meyakini langkah Noda memeluk Islam sebagai gerbang berislamnya sejumlah warga Jepang di kemudian hari, meski keterkaitan Noda tidak secara langsung. 

Tak heran bila Noda disebut-sebut menjadi figur penting di balik Islamnya sejumlah diplomat Jepang untuk Turki ketika itu. Beberapa delegasi Jepang yang diutus ke Turki pun mengikuti jejak Noda.

Di antaranya, Tajiro Yamada yang menggantikan posisi diplomatik Noda dan pergi ke Istanbul pada 1893. Sekembalinya dari Istanbul, Tajiro Yamada pun mengikuti jejak Noda memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Khalil Yamada. Ia pun tercatat sebagai orang asli Jepang kedua yang memeluk Islam.  

Setelah Abdul Khalil Yamada, beberapa orang Jepang lain menyusul dua pendahulunya tersebut. Salah satu di antaranya adalah Ahmad Ariga, seorang Jepang yang membawa misi dagang ke Asia Selatan dan Timur Tengah pada awal 1900-an. Petualangan Abdul Haleem Noda seolah menjadi lampu hijau cahaya Islam mulai merasuk ke negara Matahari Terbit ini.

Beberapa orang asli Jepang pun akhirnya mulai mengenal Islam. Termasuk, beberapa diplomat Jepang yang diutus ke Turki. Meski, dalam catatan al-Samarrai, tak sedikit Muslim yang tinggal di Jepang untuk misi dagang. Tetapi, sebagian besar mereka adalah pendatang dari Timur Tengah dan India.

Tak banyak informasi tentang riwayat Noda. Sejarah mencatat, Noda wafat pada 1904. Gelombang Islamisasi pada awal abad ke-19 inilah yang mendorong Muhammad Ali, salah satu utusan Sultan Abdul Hamid, mengunjungi Jepang pada 1902.

Ia membawa misi untuk membangun masjid pertama Jepang di Yokohama, meski akhirnya gagal akibat meletusnya perang antara Jepang dan Rusia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement