REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengidentifikasi setidaknya ada dua problem berat yang dihadapi sektor industri di Indonesia yakni terkait pengupahan dan perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA).
Jokowi mengatakan problem berat industri di Indonesia yang berhasil diidentifikasinya yakni terkait pengupahan dan perdagangan bebas. "Investasi di Indonesia masih sangat menarik, untuk investasi padat karya asalkan beberapa regulasi, peraturan yang menghambat segera kita pangkas, kita selesaikan, kita sederhanakan," ujarnya di Tangerang, Senin (5/10).
Persoalan itu mengemuka ketika Presiden melakukan dialog dengan perusahaan yang ingin memperluas investasinya di Indonesia. Para pelaku usaha mempertanyakan di antaranya dua hal itu langsung kepada Presiden, dan meminta pemerintah untuk segera mengatasi persoalan itu dengan cepat.
Dalam dialognya dengan para pelaku usaha, ia berjanji dalam waktu maksimal dua tahun hambatan dalam FTA akan dirampungkan.
"Maksimal dua tahun harus sudah bisa diselesaikan, kita terlambat tapi paling lambat dua tahun produk-produk kita bisa berkompetisi di Eropa dan Amerika," ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah juga sedang mengkaji tax allowance yang mungkin bisa diberikan kepada investasi padat karya, sehingga investor semakin meminati Indonesia.
Sedangkan terkait pengupahan, kata dia, pemerintah menyadari bahwa perusahaan harus memiliki kalkulasi yang pasti.
"Kepastian itu yang saya kira ditunggu dan dinantikan. Saya harapkan rencana (terkait program pengupahan) kira-kira pertengahan bulan ini bisa diselesaikan dan bisa disampaikan," tuturnya.