Selasa 06 Oct 2015 12:49 WIB

Langkah Singapura Menuntut Indonesia Dipertanyakan

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Senin (14/9).
Foto: Antara
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Senin (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi bisnis Ahmad Rizal mempertanyakan pihak asing yang memandang terlalu jauh terkait kebakaran hutan di Indonesia. "Saya justru curiga ada permainan apa, mengapa Singapura mau menuntut Indonesia secara legal internasional?" kata Rizal kepada wartawan, Selasa (6/10).

Lama berkecimpung di dunia bisnis dan profesi, Ahmad menilai, Indonesia sebagai negara yang saat ini menjadi sorotan dunia terkait bencana kabut asap harus mengambil sikap yang tepat. Pemerintah tidak perlu reaktif, seperti gegabah menutup sejumlah perusahan.

Menurut hakim Badan Arbitrase Nasional tersebut, setiap perusahaan, seperti bubur kertas dan Hutan Tanaman Industri (HTI) telah memiliki rencana jangka panjang, minimal 20-30 tahun terkait pasokan bahan baku sehingga dipastikan akan menjaga kesuburan tanah. "Aneh rasanya jika perusahaan dituduh membakar hutan, karena itu justru merugikan buat mereka," kata Ketua Kadin Sumatra Selatan itu.

Dia menduga, ada kemungkinan, kebakaran lahan ini disengaja oleh oknum tertentu untuk merusak citra perusahaan sawit nasional dengan memperalat warga. Karena itu, ia mengharapkan, pemerintah mawas diri karena ada kemungkinan pihak yang ingin mengambil industri sawit nasional melalui tangan lain.

Pola lainnya dapat juga berupaya membuat industri sawit Indonesia mati, lalu ketika dibeli investor asing menjadi sangat murah. Hal itu cukup masuk akal, karena Indonesia merupakan negara yang berada di equator dengan dua musim, sementara di belahan dunia lain ada negara yang dihadapkan empat musim.

Dia melanjutkan, sumber daya alam yang melimpah, asalkan dikelola dengan baik dan berkelanjutan maka hingga 20 tahun ke depan bakal menjadi sorotan dunia. "Sekarang pertanyaannya, negara yang tidak tinggal di equator, bagaimana cara mereka untuk bisa eksis? Jika tidak memiliki kantong energi sendiri, maka dipastikan mereka menjadi negara minus dan sangat tergantung dengan negara lain."

Menurut dia, produk minyak sawit Indonesia dilarang masuk ke Amerika Serikat karena negeri Paman Sam menerapkan standar tertentu terkait kondisi lingkungan. Isu lingkungan itu sudah lama digulirkan kelompok tertentu, termasuk kampanye bahwa minyak sawit tidak baik untuk kesehatan jika dibandingkan minyak biji matahari dan kedelai. "Industri sawit nasional ini harus dipertahankan, jangan sampai Indonesia kalah."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement