REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelemahan ekonomi secara nasional membuat perusahaan terpaksa mengurangi produksi. Akibatnya, perusahaan harus merumahkan pegawainya untuk sementara waktu.
Direktur Utama PT Satya Sumba Cemerlang Satya Natapura menuturkan, perusahaan telah merumahkan 40 persen dari jumlah karyawannya. Total yang dirumahkan, yakni 115 karyawan, mulai dari tingkat bawah sampai selevel manager.
"Merata, di bagian itu ada," kata Satya, Selasa (6/10).
Perusahaan yang telah berdiri sejak 1980 ini lebih memilih merumahkan pekerjanya karena biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih kecil ketimbang memberhentikan pegawainya. Kalau memberhentikan, perlu biaya yang lebih besar lagi karena harus menyediakan uang pesangon.
"Dana PHK itu lebih besar ketimbang memberikan uang untuk menunggu," kata dia. Apalagi, dalam keadaan seperti sekarang ini, industri yang paling pertama terkena dampak yakni yang bergerak di padat karya.
Satya belum mengetahui kapan perusahaan tekstil tersebut akan kembali mempekerjakan karyawannya yang dirumahkan itu. Ia akan menunggu kondisi perekonomian nasional bangkit kembali.
Namun demikian, Satya mengaku ada perbedaan antara krisis di tahun ini dengan krisis yang terjadi pada 1998. Menurut Satya, meski terjadi krisis pada 1998, ekspor barang tekstil masih bisa dilakukan bahkan terus digenjot karena menguntungkan.
"Kita malah untung, karena barang kita dijual dengan dolar AS," kata dia.
Saat itu, pesanan banyak berdatangan dari Kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Satya mengakui, saat itu minyak menjadi sumber kekayaan bagi negara tersebut lantaran harga jual minyak pun masih tinggi, lebih dari 80 dolar AS per barel.
Namun sekarang, harga jual minyak turun drastis sampai di bawah 50 dolar AS per barel. "Ini juga yang menyebabkan daya beli global melemah," kata dia.
Sementara itu, Ketua Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo) Kabupaten Bandung Mulyana Ariawinata menuturkan, 40 persen dari total 7.000 pekerja yang tergabung dalam Gaspermindo, kini telah dirumahkan.
"Ini karena kalangan pengusaha di Kabupaten Bandung enggak kuat menanggu beban produksinya," ujar dia. Industri yang paling banyak merumahkan pekerjanya, yakni di daerah Majayala, Palasari, Baleendah, dan Dayeuhkolot.