Oleh: Prof Didin Hafidhuddin
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bulan dan hari-hari belakangan ini, beberapa musibah yang dialami bangsa kita semakin menyadarkan betapa kehidupan manusia tidak lepas dari takdir Allah dan tidak bisa lari dari sunnatullah.
Sebagian musibah itu sungguh terjadi di luar perhitungan dan kemampuan manusia mengelak, yaitu musibah meninggal dunia, seperti yang dialami puluhan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci bersama ratusan jamaah haji dari negara lain.
Musibah berupa kematian selalu datang mendadak dan tiba-tiba. Peristiwa ini mengisyaratkan kekuasaan Allah dan kelemahan manusia. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah menyatakan, "Bersungguh-sungguhlah dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah selalu pertolongan Allah, dan jika kamu tertimpa suatu kejadian yang tidak diinginkan (musibah), janganlah kamu mengatakan, 'Seandainya aku berbuat begini dan begitu, tentu tidak akan kejadian.' Tetapi, katakanlah, 'Ini telah ditentukan oleh Allah dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Karena kata 'seandainya' itu membuka pintu bagi perbuatan setan."
Dalam pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci tahun 1436 H/2015 ini tak seorang pun menduga bakal ambruknya crane atau alat berat proyek bangunan akibat hujan dan badai hingga menewaskan sejumlah jamaah haji yang sedang beribadah di pelataran Masjidil Haram. Kematian mendatangi manusia dalam segala keadaan dan berbagai penyebab yang tidak bisa dihindari.
Beberapa hari kemudian, kita kembali dikejutkan dengan musibah yang lebih besar di Mina dan menewaskan sekitar 1.000-an jamaah haji, termasuk puluhan jamaah haji asal Indonesia. Hingga kini, masih puluhan lagi yang belum diketahui keberadaan dan ditemukan jenazahnya.
Peristiwa musibah di Makkah dan di Mina di tengah pelaksanaan ibadah haji tahun ini mengingatkan kita pada kebenaran firman Allah SWT dalam Alquran, "Di manapun kamu berada, kematian akan menemui kamu kendati pun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh." (QS an-Nisa: 78).
Pelajaran dan hikmah dari musibah kategori yang pertama di atas adalah untuk menyadarkan manusia supaya semakin dekat dengan Allah di manapun dan kapan pun. Insiden yang menimpa jamaah haji di Masjidil Haram adalah murni musibah sedangkan insiden di Mina kita harus tetap berhusnuzhan bahwa itu musibah murni meskipun perlu dicari penyebab dan pemicu utama dari musibah tersebut.
Semoga pada tahun-tahun mendatang musibah serupa tidak terulang dalam bentuk yang sama ataupun berbeda. Tak ada manfaat dan kebaikannya mengajukan tuntutan kepada negara yang telah berupaya melayani jamaah haji meski diakui banyak terdapat kekurangannya. Setiap negara, termasuk Indonesia, perlu melakukan introspeksi dalam rangka perbaikan manajemen pengendalian pergerakan jamaah haji di Arab Saudi yang tidak kurang urgensinya dibanding meminta tambahan kuota haji.
Para jamaah haji yang berada di Tanah Suci dengan tujuan beribadah kehilangan nyawa akibat didorong, jatuh, dan diinjak oleh sesama jamaah haji sendiri sungguh amat memilukan dan mengerikan. Semoga mereka yang meninggal husnul khatimah dan yang selamat atau bisa menyelamatkan diri diampuni dosanya. Bersambung.