REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menpora Imam Nahrawi dan seluruh masyarakat Indonesia sangat mengharapkan sanksi dari FIFA segera dicabut dan aktif lagi dalam gelaran sepak bola berskala Internasional. "Dengan adanya upaya itu, saya meyakini Indonesia mampu menghasilkan atlet muda berprestasi," ujarnya di Denpasar, Bali, Sabtu (10/10).
Nahrawi menilai, potensi pesepak bola muda di Indonesia yang belum mendapat kesempatan sangat banyak, namun banyak juga klub yang menggaet pesepak bola dari luar negeri. Dia mencontohkan, tim kesebelasan Bali United yang lebih memberikan ruang kepada pemain lokal sehingga mampu eksis di masyarakat.
"Untuk itu, kami sangat meyakini dari 250 juta masyarakat Indonesia, 11 pemain terbaik mampu direkrut untuk menjadi satu tim solid," ujarnya.
Hal terpenting dalam menciptakan sepak bola transparan, lanjut dia, para operator yang penyelenggara liga di Indonesia betul-betul dimiliki klub, artinya klub yang memiliki wewenang untuk memutar sirkulasinya itu dan jangan dijadikan alat untuk Industri.
Terkait kasus pesepak bola Indonesia yang tidak boleh bermain di Malaysia, kata dia, meminta kasus itu tidak dinetralisasi begitu saja dan tetap dilanjutkan. "Hal itu saya perlu kritisi karena kalau pun Indonesia terkena sanksi FIFA dan tidak boleh bermain sepak bola bertaraf Internasional seharusnya sejak awal sebelum keberangkatan tim Indonesia ke daerah itu sudah di informasikan," katanya.
"Namun, setelah Indonesia berhasil mengalahkan Australia dan Jepang, justru tim Garuda Muda tidak diperbolehkan bermain. Saya nilai hal itu ada faktor politisnya, sehingga kita membuat surat protes ke KBRI kita di Malaysia," ujarnya.
Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kondisi sepak bola di Indonesia harus lebih independen dan tidak boleh dibawa ke Federasi. Kemudian, federasi harus mampu menggerakkan dan memberikan harapan kepada calon generasi sepak bola muda di Indonesia dan kurangi pemain asing di setiap klub.