REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dio, putra Salim Kancil yang melihat langsung tragedi pengeroyokan terhadap Salim masih mengalami trauma yang hebat. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah dan aparat penegak hukum dalam memulihkan trauma Dio.
Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menilai trauma yang dialami Dio merupakan trauma yang pasti terjadi pada setiap orang yang melihat langsung penyiksaan. Apalagi, apa yang ia lihat adalah ayahnya sendiri, yang merupakan sosok terdekat dalam hidupnya dan erat kaitannya pada hubungan emosional Dio.
Reza menilai trauma yang dialami oleh Dio dimungkinkn tidak akan pernah hilang dan selalu menjadi kenangan yang melekat pada benak Dio. Namun, pemulihan secara pendekatan psikis keluarga dan lingkungan perlu dilakukan agar Dio tak melulu dalam kondisi terpuruk.
"Ingatan terhadap trauma diyakini oleh ilmuwan tidak akan pernah hilang. Tapi lewat proses belajar, respons adaptasi terhadap trauma itu bisa dibenahi sehingga manusia bisa bertahan hidup," ujar Reza, Ahad (11/10).
Pemulihan ini bisa melalui berbagai cara dan pendekatan. Namun, Reza menilai memberikan jarak terhadap Dio dengan menghindarkannya pada hal-hal yang membuatnya semakin takut dan teringat kembali pada kejadian merupakan solusi terkini. Reza juga menilai, meski polisi memang memiliki kewajiban dalam menyelesaikan penyelidikan namun dengan melibatkan Dio pada reka ulang atau mengorek keterangan pada Dio, akan menambah panjang deret traumatik Dio.
Reza mengatakan, aparat penegak hukum perlu berhati hati dalam menggali kasus ini melalui Dio. "Agar tak lagi membuat Dio merasa takut dan terancam," ujarnya.