REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU -- Ribuan warga Riau yang berasal dari berbagai elemen menyuarakan keinginan adanya Revolusi Langit Biru di Jalan Cut Nyak Dien, Kota Pekanbaru.
Wakil Direktur LSM Hutan Riau, Widya Astuti menuturkan #RevolusiLangitBiru merupakan aksi dari kumpulan masyarakat Riau yang sudah lelah dan marah soal kondisi asap di provinsi tersebut.
Aksi #RevolusiLangitBiru diikuti oleh seluruh elemen masyarakat yang berasal dari latar belakang seperti, pemerintahan, perusahaan, orang biasa, maupun pedagang yang kembali bersama-sama mengeluhkan soal kabut asap.
"Kenapa kita mengumpulkan semua orang, setidaknya sudah ada kesadaran yang harus diubah. Mulai memainkan perannya masing-masing. Itu sih idenya gerakan rakyat," katanya yang merupakan salah satu relawan #RevolusiLangitBiru kepada Republika.co.id, Senin (12/10).
Pada tahun lalu, masyarakat di Riau bersama-sama membuat aksi #MelawanAsap yang juga diserukan di sejumlah media sosial. Para masyarakat berharap, aksi #MelawanAsap merupakan yang terakhir.
Saat itu, masyarakat beranggapan kepungan kabut asap merupakan yang terakhir kalinya menyelimuti Provinsi Riau. Namun, ternyata kepungan kabut asap di Riau muncul lagi. Bahkan sejumlah pihak menganggap kabut asap yang menguar dari kebakaran hutan dan lahan ini, lebih tebal dari sebelumnya.
Widya mengatakan, aksi #RevolusiLangitBiru merupakan harapan elemen-elemen masyarakat agar bagaimana asap tidak ada lagi. Sebab, menurutnya, masing-masing pihak, seperti LSM, pemerintah, penegak hukum, bahkan presiden, sudah melakukan tugasnya. Namun, masyarakat mempertanyakan permasalahan asap selama 18 tahun terakhir tak kunjung selesai.
"Itu jadi tanda tangan besar, itu yang ingin kita suarakan," ujarnya.
Sehingga, dengan aksi tersebut, ia berharap, pihak-pihak seperti penegak hukum, pemerintah tidak lagi main-main dalam upaya memadamkan api. Aksi #RevolusiLangitBiru juga merupakan salah satu upaya menimbulkan kesadaran publik, mari bersama-sama memantau bencana kabut asap.
"Karena ketika publik sadar harapannya, pemerintah akan lebih baik, perusahaan juga hati-hati, penegak hukum juga tidak berani main mata, jangan sampai berjatuhan korban-korban lain," kata Widya menambahkan.