REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ribuan penduduk dilaporkan mengungsi ke Sumatera Utara akibat kerusuhan yang terjadi di Aceh Singkil, Selasa (13/10) kemarin. Plt Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi mengatakan, dirinya telah berkomunikasi dengan kepala daerah wilayah perbatasan yang dijadikan tempat mengungsi, salah satunya Pakpak Bharat.
Erry mengaku telah berkoordinasi dengan Bupati Pakpak Bharat terkait penanganan pengungsi yang ditampung di wilayah tersebut. Ia mengingatkan aparat keamanan untuk selalu siap siaga menjaga situasi dan kondisi.
"Yang paling penting soal pengamanan. Petugas TNI dan Polisi telah turun untuk mengamankan perbatasan," kata Erry di Lapangan Merdeka, Medan, Rabu (14/10).
Erry mengingatkan, masyarakat Sumut untuk tidak ikut terpengaruh dan malah justru akan memperluas masalah tersebut. Apalagi isu tersebut sangat sensitif karena terkait dengan persoalan agama.
"Kita harap masyarakat Sumut tidak terpancing, terprovokasi dengan hal-hal yang terjadi di tetangga kita, Aceh Singkil. Jangan sampai insiden ini menjalar ke kita, kita jaga kedamaian kita, kekompakan kita di Sumut," ujarnya.
Bentrok antar dua kelompok warga terjadi di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Makmur, Aceh Singkil, Selasa (13/10). Dalam insiden tersebut dua warga dilaporkan tewas dan empat orang luka-luka. Aksi pembakaran Gereja Huria Kristen Indonesia (GHKI) pun tak dapat dihindari.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, akar masalah dari peristiwa itu adalah penertiban rumah ibadah yang dianggap tak memiliki izin. Badrodin telah datang ke Aceh Singkil untuk melihat langsung masalah tersebut.