REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tentara Filipina, Rabu, menolak tuntutan gerilyawan Islamis untuk berunding bagi pembebasan tiga wisawatan asing serta satu perempuan yang mereka sandera dan agar militer menghentikan serangan ke sebuah pulau terpencil di selatan.
Dua warga Kanada, satu warga Norwegia dan warga Filipina yang diculik di sebuah tempat wisata di pulau Samal pada 21 September, itu melalui video meminta pihak berwenang Filipina untuk menghentikan operasi militer di pulau kecil Jolo --di sebelah barat Samal-- dan agar Kanada membantu negosiasi bagi pembebasan mereka.
Ada spekulasi bahwa keempat sandera sudah dibawa ratusan kilometer ke arah barat Jolo.
Jolo merupakan benteng Abu Sayyaf, kelompok kecil gerilyawan Islam, yang dikenal karena serangan-serangan bom, penculikan dan pemenggalan kepala yang dilancarkannya di Filipina selatan.
"Tidak ada negosiasi yang akan dilakukan dengan siapapun yang melakukan kejahatan ini," kata juru bicara militer Kolonel Restituto Padilla dalam jumpa pers di markas utama angkatan darat di Manila.
"Dalam hal ini, kami tidak bisa membahas rincian aspek operasional, tapi kami yakinkan bahwa keselamatan para sandera selalu menjadi hal paling penting yang kami pikirkan."
Komandan angkatan darat di Jolo, Jenderal Alan Arrojado, mengatakan militer tidak akan menghentikan operasi yang dilakukannya terhadap Abu Sayyaf --yang memiliki kaitan dengan Al Qaida-- karena tidak ada bukti bahwa para sandera berada di daerah itu.
Ketika ditanya soal video, seorang juru bicara di Kementerian Luar Negeri Kanada mengatakan pemerintahnya sedang "menempuh semua jalan yang sesuai" untuk mendapat informasi lebih lanjut.
Pria-pria bersenjata dengan wajah tertutup terlihat di video tersebut sedang berdiri di belakang keempat sandera, yang meminta agar tentara menghentikan serangan dan melakukan negosiasi bagi pembebasan mereka.