REPUBLIKA.CO.ID, ACEH SINGKIL -- Pasca insiden pembakaran rumah ibadah milik kaum Nasrani di Kabupaten Aceh Singkil, pada 13 Oktober lalu, kini kondisi keamanan sudah terkendali.
Insiden itu sendiri telah menyebabkan satu unit undung-undung tempat ibadah Nasrani dilalap api, serta satu korban tewas jatuh dari pihak massa pembakar rumah ibadah tersebut.
Kapolda Nangroe Aceh Darussalam Irjen (Pol) Husein Hamidi, Sabtu (17/10), menuturkan, situasi sudah kondusif baik bagi kaum Muslimin maupun Nasrani. Keamanan sudah tercipta di desa lokasi pembakaran undung-undung maupun lokasi penembakan.
terkait proses hukum, dia menuturkan, pihaknya sedang mendalami dua kasus terpisah dari insiden itu. Pertama, kasus pembakaran undung-undung tempat ibadah yang dilakukan sekelompok massa Muslimin.
Dari kasus itu, jelas dia, pihaknya sudah menahan tiga orang, sedangkan tujuh orang lainnya masih dalam status DPO alias pengejaran.
Kasus kedua, yakni penembakan terhadap Syamsul bin Idal. Terhadap kasus penembakan, aparat kepolisian sudah menangkap satu orang, sedangkan tiga orang lainnya akan diperiksa.
Namun, dari insiden itu, yang dinilai paling menguras energi ialah mencari dalang di balik penyebaran SMS bernuansa provokatif.
SMS ini diduga menyebarkan rasa saling curiga di antara kedua umat beragama di Aceh Singkil. Bahkan, kuat dugaan SMS inilah yang melatari munculnya rasa tak aman sehingga menggerakkan arus ribuan pengungsi dari Aceh Singkil ke wilayah Sumatera Utara, meskipun kini secara berangsur-angsur hampir semuanya sudah kembali.
Ditanya apa isi SMS tersebut, Husein enggan memerinci. Dia hanya mengimbau agar siapapun tak lagi menyebarkan, apalagi membuat, pesan bernada provokasi.
"Oh ya jelas. Isinya memprovokasi. Provokasi macam-macam. Banyak sekali provokasinya. Kalau kita baca, aduh!" kata dia.
"Kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap dua orang yang melakukan penyebaran SMS itu. Nanti kita usut, kita lidik siapa yang membuat SMS ini," sambung dia.