REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bencana asap yang berulang beberapa tahun belakangan membuat sejumlah ilmuwan dari berbagai institusi pendidikan angkat suara. Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satunya, mengusulkan adanya sistem peringatan dini agar bencana asap tak terus terulang.
Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Dodik Ridho Nurrochmat mengatakan, early warning system perlu sebagai tindakan pencegahan. Selain itu, sejumlah aspek yang menjadi akar permasalahan kebakaran hutan lahan (karhutla) harus dituntaskan.
"Harus ada kajian mengenai aspek geofisik, faktor 'pembakaran' hutan, dan lain-lain. Selama ini, preventif hanya retorika saja," kata Dodik.
Ia mencermati, pemerintah selalu mengeluarkan dana luar biasa besar untuk memadamkan api penyebab karhutla. Padahal, ujarnya, biaya triliunan tersebut bisa dialokasikan untuk pencegahan bencana.
Pencegahan yang direkomendasikan antara lain rencana tata ruang, alokasi biaya untuk Masyarakat Peduli Api, serta dana bantuan untuk pembersihan lahan tanpa bakar. Selama ini, kata Dodik, pembersihan lahan tanpa bakar jarang menjadi opsi bagi warga karena membutuhkan waktu, tenaga, dan dana lebih banyak.
"Satu KK butuh satu bulan untuk membersihkan lahan tanpa bakar menggunakan alat pemotong. Lama sekali, karena itu membakar untuk membuka lahan baru lebih banyak dilakukan," ujarnya.
Dodik juga menyatakan, perlu adanya kajian prediksi umur kebun dan lahan di wilayah-wilayah yang menjadi sumber asap. Biasanya, kata ia, pembakaran pada saat pembukaan lahan memiliki jangka waktu tertentu.
Ia mencontohkan, lahan sawit dan karet membutuhkan waktu 25 hingga 30 tahun untuk dapat dipanen. Setelah itu, perlu waktu empat hingga lima tahun untuk bisa ditanam kembali.
Masa tunggu itu biasa disiasati pemilik lahan untuk menanam di tempat lain, salah satunya dengan membuka lahan baru dengan membakar. Aspek sosial ekonomi tersebut yang dinilai Dodik perlu lebih banyak dikaji.
Lahan yang tahun lalu terbakar, ungkapnya, kecil kemungkinan tahun ini terbakar lagi karena pemilik lahan pasti tidak mau rugi. Dody menyampaikan, early warning system bisa memprediksi lahan mana saja yang akan dilakukan pembakaran atau pembukaan lahan sejak lima tahun sebelumnya.
"Dengan demikian, bencana asap berkepanjangan bisa dicegah," tuturnya.