REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kabut asap di Kota Jambi dan sekitarnya, Rabu (21/10) pagi, tambah pekat dan mengandung debu halus. Namun aktivitas masyarakat tetap berjalan seperti biasa.
Sebagian warga tidak menggunakan masker saat mengendarai sepeda motor di jalan raya ditengah-tengah kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir tiga bulan terakhir. "Mau dibilang apa lagi, kabut asap tambah pekat hari ini. Sementara upaya pemadaman terus dilakukan seperti yang kami pantau melalui media," kata Hendra, seorang warga Kota Baru Kota Jambi.
Hendra mengatakan tidak hanya kabut pekat tapi juga sudah terdapat butiran halus bewarna putih atau debu sejak dua hari terakhir. "Artinya tidak hanya asap, tapi sudah mengandung pertikel halus yang diperkirakan dari material yang terbakar," katanya menambahkan.
Sebelumnya, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi Rosmeli menjelaskan, udara di Kota Jambi masih tercemar polusi kabut asap yang disertai dengan partikel abu dari kebakaran hutan dan lahan disejumlah wilayah Sumatera. Berdasarkan sumber dari AQMS P3ES dari pantauan alat indeks standar pencemaran udara (ISPU) milik kementerian kehutanan dan lingkungan hidup di Kota Jambi menunjukkan pencemaran udara rata-rata sejak pagi hingga sore berada di level berbahaya.
"Nilai indeks pencemaran udara berada di konsentrasi rata-rata diangka 373 (ug/m3) dan itu menunjukan kategori berbahaya," kata alam.
Dia mengatakan, untuk itu masyarakat diimbau agar selalu menggunakan masker standar SNI terutama saat keluar ruangan guna meminimalisir udara kotor yang masuk melalui pernafasan. "Masyarakat harus tetap menggunakan masker untuk melindungi dari kabut asap," kata dia.