REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak banyak yang tahu bahwa Resolusi Jihad menjadi bentuk dukungan kaum santri Nahdlatul Ulama di masa perang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Para kader pembela Tanah Air dari kalangan santri dididik dalam lingkup gerakan Hizbullah NU yang berpusat di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Setelah perang fisik usai, sebagian besar santri kembali ke pesantren untuk mengajar agama, tetapi ada beberapa yang akhirnya tetap aktif dalam dunia militer.
Berikut nama-nama perwira TNI yang merupakan hasil didikan Hizbullah NU seperti disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PBNU Slamet Effendy Yusuf yang dilansir dari nu.or.id, Kamis (22/10):
1. Mayor KH. Mustofa Kamil-Banten
2. Mayor KH. Mawardi-Surakarta
3. Mayor KH. Zarkasi- Ponorogo
4. Mayor KH. Mursyid-Pacitan
5. Mayor KH. Sahid-Kediri
6. Mayor KH. Abdul Halim-Majalengka
7. Mayor KH. Thohir Dasuki-Surakarta
8. Mayor KH. Raji'un-Jakarta
9. Mayor KH. Munasir Ali-Mojokerto
10. Mayor KH. Wahib Wahab-Jombang
11. Mayor KH. Hasyim Latif-Surabaya
12. Mayor KH. Zainuddin-Besuki
13. Mayor KH. Zein Thovib-Kediri
Selain yang berasal dari Hizbullah, terdapat beberapa perwira TNI berlatar belakang santri yang dididik dalam organisasi bentukan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA). Berikut nama-namanya:
1. Brigjen KH. Sulam Syamsun
2. Brigjen KH. Zein Toyib
3. Brigjen KH. M. Rowi
4. Brigjen KH Abdul Manan Wijaya
5. Brigjen KH Iskandar Sulaiman
6. Brigjen KH. Abdullah Abbas