REPUBLIKA.CO.ID, Mulai 25 Oktober mendatang, Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Washington dan San Francisco. Ia dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama serta pebisnis kelas atas AS.
Kunjungan itu merupakan bagian dari upaya pemerintah meningkatkan hubungan keamanan serta mendorong daya tarik investasi asing seperti di bidang perminyakan, manufaktur, serta industri informasi teknologi.
"Presiden Jokowi akan mencoba membujuk pebisnis AS akan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi, terutama tentang terus meningkatnya pasar konsumen domestik serta pertumbuhan kalangan kelas menengah," ujar Rajiv Biswa, Kepala Ekonomi Asia Pasifik di firma analisis global IHS kepada DW.
Kehadiran Jokowi di AS berlangsung di tengah perlambatan ekonomi terburuk Indonesia dalam enam tahun terakhir. Beragam survei menilai Jokowi telah gagal dalam mengatasi beragam persoalan ekonomi.
Menurut Zachary Abuza, pakar Asia Tenggara yang juga Profesor di National War College berbasis di Washington, rakyat Indonesia banyak memiliki harapan terhadap Jokowi agar bisa menuntaskan janji-janjinya untuk memangkas rantai birokrasi dan membuat iklim usaha yang bisa menarik investor. Namun ia telah gagal merealisasikan janji itu.
"Karena itu, presiden membutuhkan investasi AS, terutama dalam industri manufaktur di saat Indonesia telah tertinggal negara tetangganya dalam pengembangan teknologi tinggi dan investasi perangkat lunak," ujar Abuza.