Selasa 27 Oct 2015 15:06 WIB

Waspada, Hujan Bisa Buat Kabut Asap Makin Pekat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Sejumlah pengendara motor melintasi jalan yang diselimuti kabut asap pekat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/10).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Sejumlah pengendara motor melintasi jalan yang diselimuti kabut asap pekat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA - Hujan yang sempat mengguyur sebagian wilayah Kalimatan Barat dan Tengah sejak Senin (26/10) petang dan Selasa (27/10) pagi mengurangi jumlah titik panas kebakaran lahan di Kalimantan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Kalimantan Tengah merilis, jumlah titik panas seluruh Kalimantan tercatat sebanyak 113 titik panas. Namun, hujan dinilai bisa menambah kepekatan asap.

Dari angka tersebut, 27 titik di antaranya berada di dalam Kota Palangkaraya, ibukota provinsi. Jumlah titik panas ini jauh menurun dibanding Senin lalu di mana titik panas di Kalimantan mencapai 635 titik panas. Sedangkan di Sumatra, pada hari yang sama tercatat ada 154 titik panas.

Kepala BMKG Kalimantan Tengah I Wayan Mustika menjelaskan, hujan memang menjadi cara terampuh untuk mengurangi kebakaran lahan. Meski demikian, Wayan mengatakan bahwa hujan yang tidak lama belum bisa seluruhnya menghapuskan sumber api. Sesuai dengan karakter lahan gambut yang tak mudah dipadamkan, pihaknya menghimbau warga untuk tetap waspada. Belum lagi, tidak terdeteksinya titik panas bisa juga akibat satelit terhalang oleh awan atau justru terhalang oleh asap yang terlampau pekat. 

"Hujan sifatnya mencuci udara dari partikel yang selama ini ada, dan juga bisa mematikan api yang tergantung dari intensitas hujannya. Jadi berkurangnya hotspot ada beberapa kemungkinan, bisa jadi karena hujan atau tidak terdetek karena terhalang awan atau asap," ujar Wayan kepada Republika.co.id, Selasa (27/10). 

Efek jangka pendek dari guyuran hujan yang tidak lama adalah kepekatan asap yang justru meningkat. Hal ini seperti ketika bara api dipercikkan air, sesaat akan terpancar kepulan asap yang lebih pekat. Oleh karenanya, meski hujan, warga tetap diminta waspada. 

Selain itu, warga juga dihimbau untuk tidak terlalu lama kontak dengan air hujan di daerah yang terbakar. Hal ini karena, air hujan di atas lahan yang terbakar justru mengikat polutan asap.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ ۩ۗ
Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.

(QS. Al-Hajj ayat 18)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement