Sabtu 31 Oct 2015 18:26 WIB

Si Unyil dan Pak Ogah Hadiri Pemakaman Pak Raden

Rep: C39/ Red: Ilham
Pemakaman almarhum Suryadi atau lebih dikenal dengan nama Pak Raden di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (31/10). Almarhum Pak Raden meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni akibat sakit infeksi paru-paru.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pemakaman almarhum Suryadi atau lebih dikenal dengan nama Pak Raden di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (31/10). Almarhum Pak Raden meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni akibat sakit infeksi paru-paru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pemakaman tokoh dongeng Indonesia, Suyadi (82) alias Pak Raden berlangsug lancar. Keluarga dan teman-teman seperjuangan Pak Raden hadir dalam proses pemakaman tersebut. Bahkan, boneka Si Unyil dan boneka Pak Ogah pun juga turut mengantarkan pak Raden berpulang.

Setelah papan nisan bertuliskan “Drs Suyadi (Pak Raden) bin Sabekti Wirjokoesoemo” ditancapkan, kedua boneka tersebut diperagakan oleh teman-teman Pak Raden di atas kuburan. Hal ini dilakukan untuk menghargai jasa-jasa Pak Raden di dalam dunia perdongengan di Indonesia.

“Saya sangat terpukul dengan kepergian Pak Raden, kalau enggak ada beliau, saya bukan siapa-siapa, beliau membuat boneka yang mirip dengan saya,” kata Pak Olga yang asli di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (31/10).

Jenazah Pak Raden tiba di tempat pemakman pada pukul 13.00 WIB siang, yang dibawa dengan menggunakan mobil berwarna putih bertuliskan Yayasan Bunga Kemboja. Bebeberapa keluarga ikut di dalam mobil tersebut.

Setelah pintu belakang mobil dibuka, jenazah yang berada di dalam keranda berwarna hijau tersebut diangkat menuju lubang galian. Para pelayat pun mulai membacakan kalimat 'Lailahaillallah' dengan lirih.

Sebelum dikuburkan, keranda tersebut ditaruh di atas galian kuburan sambil menunggu keluarga lainnya yang belum hadir. Setelah semua keluarga lengkap, jenazah langsung diangkat ke dalam lubang galian.

Namun, sebelum ditutup dengan tanah, seorang muadzin terlebih dahulu melantunan adzan dan iqamah di dekat telinga jenazah. Setelah itu, perwakilan dari keluarga diberikan waktu untuk memberikan sambutan kematian, serta mendo’akan agar Pak Raden mendapat tempat di sisi Allah.

Sambil diiringi dengan bacaan tahlil yang dipandu oleh seorang ustadz, jenazah langsung ditutup dengan tanah. Tidak ada isak tangis dari pihak keluarga, namun tampak mata mereka masih memerah, karena mereka sudah menghabiskan air matanya di rumah persemayaman sejak semalam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement