Ahad 01 Nov 2015 13:40 WIB

Kesal Nganggur, Rumah Aktivis Antitambang Dilempari Batu

Rep: c03/ Red: Esthi Maharani
Rumah milik almarhum Salim Kancil yang dibunuh oleh sekelompok orang di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Ahad (11/10). (Republika/Wihdan)
Rumah milik almarhum Salim Kancil yang dibunuh oleh sekelompok orang di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Ahad (11/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG – Rumah salah satu aktivis antitambang di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang pada Sabtu (31/10) dilempari batu.

Diketahui pelaku pelemparan adalah Iwan atau adik dari Widianto yang merupakan salah satu tersangka dalam pembunuhan terhadap aktivis Salim Kancil. Iwan juga menjadi salah satu pekerja tambang pasir yang di-PHK karena aktivitas pertambangan ditutup oleh polisi.

Menurut Kapolsek Pasirian AKP Eko Hari Suprapto peristiwa pelemparan itu terjadi dilatar belakangi kekesalan pelaku karena harus menganggur pascapenutupan operasi tambang pasir. Kekesalan itu diluapkan Iwan dengan menyambangi rumah aktivis antitambang Hamid. Setelah itu, Iwan pun melempari rumah Hamid menggunakan batu hingga membuat kaca jendela pecah.

“Dari pengakuan pelaku, dia merasa sakit hati lantaran menganggur setelah tambang-tambang pasir itu berhenti beroperasi. Dia mengaku ekonominya menurun derastis karena menganggur, ekonomi sulit mau ngelamar ditempat lain susah,” kata  AKP Eko Hari Suprapto kepada Republika.co.id, Ahad (1/11).

Kini Iwan pun tengah diamankan Polsek Pasirian. Sementara itu kata Eko sedikitnya 40 personil dari Kepolisian dan Satpol PP masih terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. Polsek Pasirian pun meminta agar warga terutama karyawan tambang pasir di Lumajang yang kini tak lagi bekerja agar menerima kondisi yang ada. Selain itu kepolisian pun menghimbau warga agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Sementara itu Ketua Asosiasi Perusahaan Tambang Jawa Timur Hudin Al Soni mendesak perusahaan-perusahaan tambang di Lumajang agar memberikan kompensasi kepada karyawan-karyawannya. Saat ini sedikitnya ada 1500 karyawan tambang pasir menganggur.

Al Soni mengatakan saat ini tengah dilakukan proses verifikasi legalitas atau izin pertambangan perusahaan tambang pasir di Lumajang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Kami berharap sambil menunggu proses verifikasi perusahaan-perusahaan tambang mempuyai rasa empati terhadap karyawannya, misalnya dalam jangka 2 sampai 3 bulan ini bisa membantu para pekerja ini agar bisa mendapatkankan pemasukan,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement