Senin 02 Nov 2015 12:22 WIB

Badung Jadi Pilot Percontohan Asuransi Pertanian di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah mengupayakan perlindungan usaha tani dalam bentuk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Kabupaten Badung menjadi pilot percontohan asuransi pertanian di Bali mulai periode musim tanam Desember-Maret.

"Idealnya seluruh lahan pertanian di Bali diasuransikan, namun tahap pertama ini adalah Kabupaten Badung," ujar Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta di Denpasar, Senin (2/11).

Asuransi pertanian, kata Sudikerta penting bagi petani untuk melindungi mereka dari risiko gagal panen dan mendorong peningkatan pendapatan petani. Ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 29/ 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, ditindaklanjuti dengan penertiban Peraturan Menteri Pertanian No. 40/ 2015 tentang Fasilitas Asuransi Pertanian.

Pemerintah memberi subsidi premi bagi petani melalui pendanaan APBN 2015 sebesar 80 persen atau sekitar Rp 144 ribu dari total premi Rp 180 ribu. Petani hanya membayar premi sisanya, Rp 36 ribu per hektare (ha) untuk satu kali musim tanam.

 

Sudikerta menambahkan sosialisasi asuransi pertanian kepada kepala subak (pekaseh) dan kalihan subak se-Kabupaten Badung sangat penting, salah satunya mendorong terwujudnya subak abadi. Pemerintah Provinsi Bali saat ini sudah mengusulkan 11 ribu ha lahan sawah untuk diasuransikan di PT Jasindo.

Kepala Dinas Pertanian Bali, Ida Bagus Wisnu Ardana mengatakan AUTP sudah dimulai sejak Oktober 2015 secara nasional, namun Bali baru memperolehnya untuk musim tanam Desember yang akan datang. Pihak Dinas Pertanian selanjutnya akan memberikan klasifikasi lahan sawah pertanian yang memenuhi kriteria pendaftaran. "Saat ini sosialisasi baru dimulai dari Kabupaten Badung sebagai pilot percontohan dan akan dilanjutkan ke pekaseh kabupaten lain," ujarnya.

Klasifikasi yang dimaksud, kata Ardana dilakukan secara ketat, khususnya lahan yang berpotensi rusak akibat banjir dan kekeringan sehingga ancaman gagal panennya tinggi. Selain Badung, ada tiga kabupaten lain di Bali yang ancaman gagal panennya tinggi, yaitu Buleleng, Gianyar, dan Jembrana.

Luas lahan sawah di Bali sampai saat ini mencapai 81 ribu ha. Sepanjang musim kering ditambah El Nino tahun ini sekitar 900 ha lahan sawah sudah gagal panen. Jumlah ini tersebar di seluruh kabupaten di Bali.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement