REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Jatuhnya pesawat penumpang Rusia di Sinai, Mesir memicu beragam spekulasi. Apalagi jatuhnya pesawat Mesir tersebut terjadi di tengah aksi militer Rusia di Suriah. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim mereka telah melakukan serangan.
"Pejuang ISIS mampu menjatuhkan pesawat Rusia yang membawa 220 penumpang salibis di atas Provinsi Sinai," tulis ISIS dalam kicauannya.
Namun banyak ahli meragukan klaim tersebut. Apalagi pesawat jatuh dari ketinggian 30 ribu kaki atau 9.000 meter, sedangkan ISIS tak memiliki senjata dengan kemampuan itu.
"ISIS tidak memiliki senjata yang menjangkau hingga 9.000 kaki," ujar Gerard Feldzer, mantan direktur Museum Udara dan Anggaran Prancis.
Sementara untuk menembak pesawat diperlukan senjata dengan kemampuan radar baik, serta daya jelajah tinggi.
Tak hanya itu, menurut Jean Paul Troadec, mantan direktur investigasi kecelakaan udara Prancis, diperlukan orang terlatih untuk mengoperasikan senjata berdaya jelajah tinggai.
"Dan berdasarkan sepengetahuan saya, ISIS tidak memiliki itu," ujar Troadec. Menteri Transportasi Rusia Maxim Sokolov juga membantah klaim sepihak tersebut.
Pesawat jet Airbus Rusia jatuh saat melakukan perjalanan dari resor wisata Mesir ke St Petersburg, Rusia, akhir pekan lalu.