REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan pengiriman sampah DKI Jakarta ke Bantargebang, Bekasi masih belum selesai. Persoalan ini justru menimbulkan konflik-konflik baru seiring dengan banyak munculnya penolakan dari masyarakat atas truk sampah yang menuju Bantargebang.
Aksi penolakan masyarakat ini terkait dengan dampak negatif yang dirasakan masyarakat atas pengiriman sampah tersebut. Mulai dari aroma tidak sedap yang menusuk hidung hingga air licit (air bekas sampah) yang bocor dari truk dan tersebar di jalur-jalur yang dilalui.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Muhammad Sanusi menyebutkan jika tidak diselesaikan secara baik-baik, maka Jakarta berpotensi dikepung sampah yang tidak diangkut. Apalagi Bantargebang menjadi pusat pembuangan sampah lantaran Jakarta belum memiliki tempat pengolahan sampah sendiri.
"Kalau ditanya mungkinkah krisis, sangat mungkin karena Jakarta tidak memiliki pengolahan sampah di wilayahnya sendiri atau pengolahan sampah di dalam kota," kata Sanusi kepada Republika.co.id, Kamis (5/11). Baca: Ahok Dinilai Penyebab Penolakan Sampah
Menurut Politikus Partai Gerindra ini, sampah di DKI sangatlah banyak. Jika satu hari saja tidak terangkut, maka tumpukan akan terjadi di mana-mana. Terlebih sebelumnya selama tiga hari ribuan ton sampah tidak terangkut akibat aksi penolakan warga Cileungsi yang menutup akses jalan truk sampah.