REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) seretak yang akan digelar 9 Desember 2015, PDI Perjuangan menggelar dialog calon kepala daerah se-Bali, Sabtu (7/11).
Ketua DPD PDI Perjuangan Bali, I Wayan Koster mengatakan, dialog calon kepala daerah itu tak hanya terobosan yang semakin mematangkan demokrasi, namun juga menjabarkan dasar-dasar pembangunan semesta berencana.
"Dengan berkumpulnya para calon kepala daerah se-Bali terebut, maka Bali akan dilihat secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Sejak awal PDIP memelopori kerja sama antarkepala daerah. Misal utk mengatasi kemacetan, maka seluruh calon kepala daerah PDIP menyepakati pentingnya pembangunan angkutan publik yang nyaman di Bali, seperti kereta api," ujar Wayan Koster dalam keterangannya yang diterima ROL, Sabtu (7/11).
Menurut Wayan Koster, acara dialog tersebut diprakarsai oleh Prananda Prabowo, putra Megawati. Ia menilai, Prananda tampil berbeda dengan sosok pemimpin lainnya. Sebab, cucu Bung Karno itu lebih suka di belakang layar, merancang seluruh kegiatan kepartaian agar nampak ruh ideologinya.
"Lagu "Aku Melihat Indonesia", dan "Mata Hati Negeri" yang ditampilkan dengan penuh nuansa ke-Indonesia-an, pada saat pembukaan Kongres IV PDIP merupakan buah cipta Mas Prananda Prabowo. Beliau memang memiliki banyak gagasan yang genuine seperti prakarsa dialog para calon kepala daerah ini," kata Wayan Koster.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membenarkan bahwa Prananda telah memberi sentuhan ideologis dan wajah berkebudayaan dalam PDIP. Hasto menyebut, Prananda adalah sosok yang memperkenalkan dedication of life untuk dibacakan dalam setiap pembukaan upacara Partai.
"Dedication of life yang harus dibacakan Ketua Ranting (desa) tidak hanya simbolisasi atas orientasi Partai ke rakyat Marhaen. Dedikasi hidup tersebut sebagai komitmen pengabdian kepada Tuhan, bangsa, rakyat, negara, dan tanah air Indonesia," tegas Hasto.
Dedikasi hidup yang pernah dibacakan Jokowi tersebut, kata dia, merupakan renungan kebudayaan untuk membentengi diri agar para anggota dan kader Partai tidak jatuh pada pragmatisme politik.
"Sentuhan-sentuhan kemanusiaan dan kebudayaan yang dilakukan Prananda tersebu nampaknya sederhana, namun dari kesederhanaan itulah sebenarnya dasar-dasar revolusi mental dijalankan," cetus Alit salah satu wakil ketua DPD PDI Perjuangan Bali.