Selasa 10 Nov 2015 00:35 WIB

Jumlah Pengidap HIV/AIDS di Yogya Terus Meningkat

Aksi peduli HIV/AIDS.
Foto: Antara
Aksi peduli HIV/AIDS.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Jumlah pengidap HIV/AIDS di Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun terus meningkat.

Data Komiisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta  hingga Maret 2015 mencatat ada 831 kasus HIV-AIDS. Jumlah ini naik signifikan dari jumlah total kasus di 2014 sebanyak  802 kasus dan 2013 ada 677 kasus serta pada 2012 tercatat 566 kasus.

"Dari sisi kuantatif memang terus meningkat dan ini seperti gunung es saja," kata Sekretaris KPA Kota Yogyakarta, Kaswanto, Senin (9/11).

Ironisnya, dari jumlah tersebut sebagian besar penyakit mematikan ini justru diidap oleh usia produktif. Bahkan 37 persen penderitanya masih berusia 20-29 tahun. Padahal, penyakit HIV-AIDS biasanya terdeteksi setelah lima tahun terjangkit. Artinya mereka sudah mengidap virus itu sejak usia belia.

Diakuinya dari 831 kasus di tahun ini  580 adalah kasus HIV dan 251 kasus AIDS. Dari angka tersebut, 64 persen di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Dari segi usia, terbanyak usia 20-29 tahun sejumlah 37 persen.

Usia berikutnya, yang terbanyak, 30-39 tahun. Disusul 40-49 tahun.

"Selama empat tahun terakhir, data itu tak beranjak. Artinya usia terbanyak ya tetap di usia-usia produktif," ujarnya.

Selain usia produktif, yang juga perlu mendapat perhatian terkait kasus ini ternyata terdapat kasus ibu rumahtangga sebesar 11,8 persen. Namun, data ini masih dipertajam karena apakah benar penderita ibu rumah tangga saja atau juga memiliki profesi lain.

Menurut Kaswanto, sejak beberapa tahun terakhir pihaknya telah melakukan distribusi alat kontrasepsi melalui outlet khusus di beberapa titik rawan penyakit tersebut.

Setidaknya kata dia, terdapat 22 outlet yang menyediakan alat kontrasepsi tersebut secara gratis. Namun, untuk mendapatkannya, pengakses harus terlebih dulu mengisi daftar dan membubuhkan tanda tangan.

Selain itu, untuk penanggulangan kasus tersebut pihaknya juga melibatkan masyarakat secara langsung. Pelibatan masyarakat dilakukan dengan membentuk warga peduli AIDS (WPA) di tingkat kelurahan. Dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, sejauh ini KPA sudah membentuk 25 WPA. 10 WPA terbentuk tahun 2014 silam, dan sisanya 15 WPA terbentuk tahun ini.

Langkah ini dianggap strategis karena penanggulangan HIV/AIDS dengan hanya melibatkan pemerintah diyakini tidak akan pernah berhasil. Sementara dengan melibatkan masyarakat, lambat laun stigma negatif terhadap para penderitanya akan berubah.

“Kalau ada yang terkena HIV/AID bisa dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.  Masyarakat bisa menjalani tes HIV di puskesmas maupun rumah sakit,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement