Kamis 12 Nov 2015 17:08 WIB

Beras Impor Masuk, Petani Buru-Buru Jual Beras

Rep: C12/ Red: Nur Aini
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.
Foto: Orecinternational.org
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung khawatir harga beras dari petani bakal anjlok seiring masuknya beras impor.

Ketua KTNA Kabupaten Bandung Nono Sambas menjelaskan, dalam pertemuan KTNA se-nasional di Boyolali beberapa waktu lalu, petani asal Indramayu dan Karawang itu paling dirugikan akibat rencana pemerintah mengimpor beras. 

Sebab, meski pemerintah baru berencana mengimpor beras pada beberapa waktu lalu, harga gabah di dua daerah tersebut sudah anjlok. "Padahal waktu itu belum diimpor. Masih rencana. Nah, apalagi sekarang. Kalau pemerintah sayang ke petani, jangan sampai ini terjadi," ujar dia, di Bandung, Kamis (12/11).

Nono menambahkan, ketika pemerintah melakukan impor beras, harga beras biasanya anjlok. Sebab, pasokan dari beras impor itu akan ditambah lagi dengan hasil panen padi di beberapa daerah. Akibatnya, pasokan pun bakal bertambah banyak. 

"Apalagi nanti ditambah dengan panen-panen yang mendatang. Ini yang dikhawatirkan petani, karena harganya nanti bisa jadi anjlok," kata dia.

Nono menjelaskan, ketika rencana impor beras sudah diwacanakan pemerintah, petani di beberapa daerah itu khawatir sehingga terburu-buru untuk menjual berasnya sebelum impor dilakukan. 

Beras tersebut pun dijual ke tengkulak dengan harga yang murah, tapi tidak semurah ketika impor dilakukan. Jika impor beras sudah dilakukan, dalam anggapan petani, harga beras akan menjadi sangat murah. 

"Karena khawatir pas berasnya datang itu makin turun harganya. Tengkulak juga nawarnya dengan harga yang rendah," kata dia.

Menurut Nono, itu terjadi karena kurang ada jaminan harga dari pemerintah. Seharusnya, kata dia, Bulog itu membeli dengan harga seperti saat sebelum impor sehingga tidak merugikan petani.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement