REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program keluarga berencana atau family planning semakin menjadi prioritas pembangunan global. Sejumlah negara donor telah meningkatkan pendanaan bilateral untuk program ini sejak 2012.
Laporan terbaru dari Family Planning 2020 (FP2020) yang dirilis Jumat (13/11) menyebutkan, Amerika Serikat menjadi pendonor terbesar yang menyediakan 636,6 juta dolar AS atau sekitar 44 persen dari total pendanaan pada 2014. Britania Raya menjadi negara donor terbesar kedua dengan kontribusi 327,6 juta dolar AS.
Direktur Eksekutif FP2020, Beth Schlachter menilai masih banyak perempuan di luar sana yang ingin menunda kehamilan, namun tak cukup mengakses informasi dan alat kontrasepsi.
Baca juga: Penggunaan Alat Kontrasepsi di Negara Miskin Terus Meningkat
Sementara Direktur Eksekutif United Nations Population Fund (UNFPA), Babatunde Osotimehin menuturkan 2015 merupakan tahun yang sangat penting bagi pembangunan global. Akses ke program keluarga berencana secara sukarela bisa mengubah kehidupan, salah satunya keluar dari jalur kemiskinan.
"Ketika jutaan perempuan memiliki akses mendapatkan alat kontrasepsi modern, mereka bisa memilih kapan mereka siap mempunyai anak dan berapa banyak anak yang ingin mereka lahirkan," kata Osotimehin.
Ada tiga langkah pembelajaran yang terus disosialisasikan oleh lembaga khusus PBB ini. Pertama, pemahaman lebih baik akan kesehatan reproduksi remaja. Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi perempuan. Ketiga, fokus pada perempuan miskin di perkotaan dan perdesaan.