REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Gatot Nurmantyo menyerukan seluruh Prajurit TNI agar tidak terpengaruh isu penembakan oleh Polisi di Sumatera Selatan. Gatot khawatir isu yang berkembang akan menimbulkan provokasi yang berujung memperkeruh suasana.
Pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah itu pun mengintruksikan jajarannya untuk tetap memegang teguh dan mematuhi instruksi Komandan Satuan masing-masing. Perintah tersebut diharapkan bisa tetap memelihara dan meningkatkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik bersama anggota Polri.
“Serahkan penyelesaian persoalan ini kepada Panglima TNI dan Kapolri, yakinlah bahwa pimpinan kalian akan menyelesaikan secara profesional, adil dan menjunjung tinggi hukum,” kata Gatot pada siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (15/11).
Pria 55 tahun tersebut menegaskan, anggota TNI tidak melakukan perlawanan sama sekali saat disergap dan dilucuti senjatanya karena sedang fokus melaksanakan tugas. Selain itu, prajurit TNI tidak memiliki latar belakang masalah dengan pihak kepolisian, sehingga semua yang diperintahkan oleh anggota Buser Polres dipatuhi dan diikuti (tiarap, angkat tangan dan dilucuti senjata).
Lulusan Akademi Militer tahun 1982 tersebut memaparkan, ketegangan kedua juga terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah, Siti Aisiah. Sekitar pukul 00.00 WIB, anggota Den Intel Kodam III Siliwangi tiba di RSUD Siti Aisiah untuk melihat dua korban aksi penembakan. (Baca: Panglima Jelaskan Bentrok TNI-Polri di Sumsel)
Namun, saat itu telah ada dua anggota Polres Muara Enim. Tiba-tiba kedua anggota Polres tersebut mengeluarkan senjata organiknya. Begitu melihat anggota Polres mengeluarkan senjata, anggota Den Intel segera melakukan tindakan pengamanan.
“Tetapi anggota Polres tersebut melakukan perlawanan sehingga senjata api tersebut meletus kearah bawah sehingga rekoset dan mengenai kaki salah seorang anggota Polres,” kata Gatot.