Selasa 24 Nov 2015 15:03 WIB

Kementerian Kaji Pembentukan Holding BUMN Energi Per Sektor

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Nur Aini
Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus merancang pembentukan satu induk usaha yang mengurusi seluruh badan usaha milik negara (BUMN) di sektor energi. Sejumlah BUMN yang saat ini bergerak di sektor energi baik minyak, gas, atau pertambangan, akan beroperasi di bawah satu induk usaha. Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan, rencana ini meski belum final, pihaknya melihat ada kebutuhan untuk membentuk satu BUMN holding energi.

Namun, Rini mengatakan, pemerintah masih menimbang apakah induk usaha ini untuk semua jenis BUMN energi atau masih akan dipisahkan. Menurut Rini yang dibutuhkan saat ini adalah induk usaha bagi BUMN di sektor pertambangan seperti PT Timah, PT Aneka Tambang, dan PT Bukit Asam.

"Maksudnya kan holding itu melihatnya sektor per sektor sekarang. Kita melihatnya bahwa ada perlu pembagian-pembagian tidak bisa langsung hanya ada satu holding, tapi seumpamanya kita melihat kemungkinan, energy resorces yaitu pertambangan-pertambangan satu holding," kata Rini, Selasa (24/11).

Untuk holding BUMN pertambangan, Rini mengaku belum ada keputusan siapa yang akan menjadi leader di antara BUMN yang ada saat ini. Pemerintah masih melakukan kajian bentuk induk usaha ini apakah sebagai sekadar invesment holding atau sekaligus menjadi operating holding.

"Kalau menjadi operating holding berarti salah satu kemungkinan bisa menjadi holding company-nya," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (persero) Dwi Soetjipto ikut mengomentari permasalahan yang kerap dihadapi Pertamina Gas dan PGN. Dua BUMN ini kerap kali dinilai bersaing, terlebih keduanya sama sama bergerak dalam ranah yang nyaris sama.

"Pertagas dan PGN sering dihadapkan. Sinergi yang bisa kita lakukan dalam operasional adalah perencanaan ke depan. Dua ini tidak perlu rebutan sehingga tidak perlu ada dobel. Yang kedua operasional dari eksisting infrastuktur sehingga bisa kita atur," ujarnya.

Sinergi ini, nantinya bisa terwujud dalam bentuk holding. Namun, Dwi tidak menjelaskan lebih jauh apakah Pertamina mendukung atau tidak rencana holding energi ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement