Kamis 26 Nov 2015 08:36 WIB

Lima Kegelapan Menurut Khalifah Abu Bakar

Gurun Atacama di Cile yang dikenal sebagai tempat terkering di dunia diselimuti bunga dampak fenomena El Nino, 21 Oktober 2015.
Foto: Mario Ruiz/EPA
Gurun Atacama di Cile yang dikenal sebagai tempat terkering di dunia diselimuti bunga dampak fenomena El Nino, 21 Oktober 2015.

Oleh: Mahmud Yunus

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pandangan Abu Bakar ash-Shiddiq RA, kegelapan jumlahnya ada lima. Kelima-limanya dapat merugikan manusia. Supaya terhindar dari kerugian, manusia dituntut mengoptimalkan potensinya masing-masing.

Pertama, mencintai dunia. Rasulullah SAW bersabda, "Mencintai dunia adalah pangkal segala kesalahan." (HR Baihaqi). Dalam konteks ini, al-Ghazali berkata, "Karena dunia adalah pangkal segala kesalahan maka membenci dunia adalah pangkal segala kebaikan."

Agar tidak mencintai dunia, manusia dituntut untuk melazimkan ketakwaan. Yakni, menjaga diri dengan melazimkan ketaatan kepada Allah demi menghindari siksa-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu meninggalkan sesuatu karena takwa kepada Allah 'Azza Wa Jalla maka Dia akan memberimu sesuatu yang lebih baik darinya." (HR Ahmad dan Nasa'i).

Kedua, perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jika seorang hamba melakukan sebuah kesalahan maka kesalahan tersebut akan memunculkan noda hitam di hatinya. Jika dia melepaskan dirinya dari dosa dan beristighfar maka terhapuslah noda hitam di hatinya. Jika dia mengulangi lagi dosanya maka akan bertambahlah noda hitam di hatinya bahkan akan menguasai hatinya. Noda tersebut adalah karat berwarna hitam." (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa'i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim).

Ketiga, pekuburan. Dikatakan, pekuburan itu keadaannya gelap. Dijelaskan, ada enam perkara yang dapat menerangi pekuburan: ikhlas dalam beramal, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahim, tidak menghabiskan usia dalam kemaksiatan, tidak menuruti hawa nafsu, gemar melakukan ketaatan, dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya.

Keempat, akhirat. Dikatakan, akhirat itu keadaannya gelap lantaran begitu banyaknya hal-hal yang menakutkan. Dijelaskan, agar dapat terhindar dari kegelapan akhirat manusia harus meneranginya dengan amal saleh sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Baik ketentuan yang ringan maupun yang berat.

Rasulullah SAW cenderung mengedepankan ketentuan yang ringan. Rasulullah SAW bersabda, "Tunaikan ketentuan yang berat (azimah) dan terimalah ketentuan yang ringan (rukhshah) dan biarkanlah manusia melakukannya; sesungguhnya kalian telah dijaga dari mereka." (HR al-Khatib).

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa tidak menerima rukhshah dari Allah maka dia telah berdosa sebesar Gunung Arafah." (HR Ahmad). Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya, Allah mengutusku dengan agama yang ringan lagi pula mudah: agama Ibrahim." (HR Ibnu Asakir).

Kelima, jembatan (shirath). Dikatakan, shirath itu gelap. Dijelaskan, agar terhindar dari kegelapan shirath, manusia dituntut mempercayai perkara gaib tanpa keragu-raguan sedikit pun.

Perkara gaib yang dituntut memercayainya, antara lain, adanya malaikat, adanya hari kiamat, adanya perhitungan/balasan amal, dan adanya kehidupan abadi di akhirat. Dengan begitu, manusia akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari lima kegelapan yang dapat merugikan dirinya.

Manusia dijamin akan selamat di dunia dan di akhirat bila dia memegang teguh ketentuan kitab Allah dan sunah Rasul-Nya. Wallahu a'lam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement