REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi medis Médecins Sans Frontières atau Dokter Lintas Batas (MSF) merespon investigasi Amerika Serikat terkait serangan rumah sakit MSF di Kunduz. Menurut Direktur Umum MSF Christopher Stokes keterangan yang disampaikan Amerika Serikat mengenai serangan di Kunduz menimbulkan lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban.
Melalui siaran pers MFS yang diterima Republika, Kamis (26/11), MSF menyatakan sangat mengagetkan ketika sebuah serangan yang dilakukan oleh pasukan AS tidak bisa melihat langsung posisi target dan tak memiliki akses daftar wilayah tak boleh digempur. Semakin aneh menurut Stokes, saat AS menyatakan sistem komunikasinya mengalami malfungsi.
"Dari pernyataan tersebut seolah-olah 30 orang meninggal dan ratusan ribu orang yang kini tidak mendapatkan layanan kesehatan di Kunduz, ini hanya karena Rumah Sakit MSF, yang merupakan bangunan terbesar, yang lokasinya paling dekat dengan sebuah lapangan terbuka, kurang lebih sesuai dengan deskripsi target yang dikehendaki," kata Stokes.
Daftar kesalahan yang disampaikan hari ini menurutnya, menunjukkan kelalaian besar pasukan AS dan pelanggaran aturan perang. Dihancurkannya sebuah fasilitas yang terlindungi tanpa memverifikasi target menurut Stokes tidak bisa dibiarkan sebagai kesalahan manusia semata atau pelanggaran aturan pelibatan (rules of engagement) AS.
"MSF menegaskan kembali perlunya investigasi yang independen dan imparsial atas serangan terhadap rumah sakit kami di Kunduz. Investigasi atas insiden ini tidak bisa diserahkan hanya kepada pihak-pihak yang berkonflik di Afganistan," ujar Stokes.
Pada 3 Oktober pukul 2.10 pagi waktu setempat, rumah sakit pusat trauma MSF di Kunduz beberapa kali terkena serangan bom yang mengakibatkan kerusakan parah. Serangan tersebut dilancarkan oleh angkatan udara AS yang awalnya mengklaim tak sengaja menyerang fasilitas kesehatan tersebut.