REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tanpa musik, para badut jalanan itu berjoged asyik. Mereka melambai, bergoyang, berpose lucu, sambil mengedip-ngedipkan bulu mata yang lentik.
Keberadaan badut jalanan memang tengah menjamur di Bogor Raya. Mereka bisa ditemui di mana saja, hampir di seluruh titik persimpangan jalan utama.
Sejak pagi menyapa hingga terik mentari mereda, mereka berlaga menanti sekeping derma. Salah satunya, di simpang Jalan Raya Tegar Beriman, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Begitu lampu lalu lintas menyala merah, para badut itu bergegas mengambil ancang-ancang. Mereka menghampiri kendaraan yang menghentikan laju, satu-satu, berharap tangan-tangan menyodorkan uang kecil yang bagi mereka sangat bermakna.
Namun, apa sesungguhnya yang tersembunyi di balik kedok jenaka badut jalanan? Apakah lelah, apakah gelisah, yang rapat-rapat dibenamkan dalam topeng keriaan?
"Tidak capek, hanya gerah saja, di dalam kostum panas," kata Febriani (18 tahun) kepada Republika.co.id, Senin (7/12), seraya melepas kepala Badut Mampang yang dikenakannya untuk mengelap peluh di kening.