REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan, Jumat (11/12), ia tidak akan bernegosiasi dengan kelompok oposisi bersenjata yang dianggapnya sebagai teroris. Pernyataannya Assad memberi sinyal negatif bagi AS dan Rusia yang ingin menggelar negosiasi damai.
Sebelumnya lebih dari 100 anggota oposisi Suriah dari berbagai faksi termasuk Pasukan Pembebasan Suriah setuju untuk mengirimkan tim untuk bertemu perwakilan pemerintah di bawah mediasi PBB bulan depan. ISIS dikecualikan dari pertemuan tersebut.
Dalam wawancara dengan EFE, Assad menuduh Washington dan sekutunya Arab Saudi ingin agar "kelompok teroris" ikut dalam negosiasi. Menurut Assad, Pemerintah Suriah hanya akan melakukan kontak senjata untuk satu situasi.
Kondisi dimaksud yakni saat pemberontak menyerahkan senjata dan bergabung dengan pemerintah serta memulai kehidupan normal.
"Ini cara untuk berurusan dengan militan di Suriah," ujarnya. "Tidak ada poin pembicaraan di New York dan manapun dan mendefinisikan arti teroris. Bagi kami siapapun yang memegang senajta disebut teroris."
Baca juga, Ini Hasil Kesepakatan Pertemuan Oposisi Suriah di Saudi.
Sebelumnya Saudi juga telah mengumpulkan oposisi Suriah. Dari pertemuan disimpulkan, mereka memberikan waktu bagi Assad berkuasa sampai dengan pembentukan pemerintahan transisi.