REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Menteri luar negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, kesabaran Turki dengan Rusia memiliki batas. Pernyataan ini dilontarkan setelah reaksi Rusia yang dinilai berlebihan terkait insiden angkatan laut antara kedua negara, Ahad (13/12) kemarin.
"Rusia dan Turki tentu harus membangun kembali hubungan kepercayaan, tapi kesabaran kita memiliki batas," kata menteri luar negeri Turki kepada harian Italia Corriere della Sera seperti dikutip laman Aljazirah, Selasa (15/12).
Sebelumnya, sebuah kapal perang Rusia melepaskan tembakan peringatan ke arah kapal Turki di Laut Aegea untuk menghindari tabrakan.
Atase militer Turki di Moskow dipanggil atas insiden tersebut. Menurutnya, itu hanya perahu nelayan. Ankara menilai, reaksi dari kapal angkatan laut Rusia dibesar-besarkan.
Insiden ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan antara kedua negara yang sudah berselisih karena Turki yang menembak jatuh jet tempur Rusia bulan lalu.
Cavusoglu mengatakan Rusia menempatkan diri mereka pada posisi konyol. Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Turki telah menembak jatuh jet Rusia untuk melindungi pasokan minyaknya dari kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Cavusoglu juga mengkritik intervensi militer Rusia di Suriah. Menurutnya, tindakan itu bertujuan mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, bukan untuk melawan ISIS. "Sayangnya Rusia tidak di Suriah untuk melawan teroris," katanya.
Baca juga, Pesawat Rusia Ditembak, Putin: Akan Ada Konsekuensi Atas Aksi Turki.
Ia menambahkan, hanya delapan persen dari serangan udara ditujukan pada ISIS. Sedangkan 92 persen lainnya menyasar kelompok lain yang memusuhi Assad.