REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Hujan deras mengguyur Kecamatan Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah sepanjang Rabu (16/12) siang hingga malam. Akibatnya dua desa, yakni Sidareja dan Gunungreja mengalami banjir.
Meski demikian, genangan air yang terjadi di kedua wilayah tersebut, tidak terlalu tinggi. ''Hanya beberapa rumah yang halamannya tergenang air. Itu pun terjadi Rabu malam. Sedangkan siang ini, air sudah mulai surat,'' kata Sunaryo (49), warga Desa Sidareja Kecamatan Sidareja, Kamis (17/12).
Menurutnya, areal yang tergenang air, kebanyakan adalah areal persawahan yang memang permukaan tanahnya lebih rendah. Ketinggian air, mencapai sekitar 0,5 meter.
Namun dia menyebutkan, sawah yang terendam air kebanyakan juga belum ditanami sehingga kerugian petani tidak terlalu besar. ''Memang ada sebagian kecil sawah yang memang ditanami. Tapi kebanyakan baru mengolah lahan,'' jelasnya.
Guru SMP tersebut menyebutkan, sebagian besar wilayah Kecamatan Sidareja memang rawan terjadi banjir bila terjadi musim penghujan. Hampir setiap tahun pada musim penghujan, terjadi banjir di wilayah tersebut. ''Mudah-mudahan, pada tahun ini kalau pun terjadi banjir, banjirnya tidak terlalu besar,'' tambahnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis BPBD Wilayah Sidareja Agus Sudaryanto, mengatakan genangan air tersebut hanya menggenangi sebagian wilayah Desa Sidareja dan Gunungreja. Namun dia menyebutkan, air sebagian besar hanya menggenangi areal persawahan. ''Air tidak sampai masuk ke rumah-rumah warga, sehingga tidak ada warga yang sampai mengungsi,'' jelasnya.
Pada Kamis (17/12) pagi, air memang masih sempat menggenangi jalan-jalan seputar pasar Karna di Sidareja. Namun saat ini sudah berangsur-angsur surut, dan hanya menyisakan air di areal persawahan.
Meski demikian dia menyatakan, untuk mengantisipasi banjir pada waktu-waktu mendatang, pihaknya telah menyiagakan sejumlah personel dan peralatan pengungsian. ''Menjelang musim penghujan, kami memang harus mulai bersiaga menghadapi kemungkinan terjadinya bencana banjir. Hal ini karena wilayah Sidareja dan sekitarnya memang merupakan wilayah yang masuk kategori rawan banjir,'' jelasnya.
Menurutnya, banjir selalu terjadi di wilayah tersebut setiap musim penghujan, karena wilayah tersebut berada di daerah cekungan. Sebenarnya, ada sungai besar yakni Sungai Cibereum, yang seharusnya menjadi sarana pembuangan air bila terjadi banjir.
''Namun bila sedang hujan deras, justru air dari Sungai Cibereum ini yang meluap hingga menggenangi seluruh wilayah tersebut. Hal ini karena aliran air sungai tidak bisa mengalir lancar, akibat muara sungai di Segara Anakan sudah tidak mampu menampung luapan air,'' jelasnya.