REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Museum Daerah Sang Nila Utama Pekanbaru, Riau masih kekurangan tenaga spesialisasi arkeologi, antropologi, sejarah, kimia, dan desain grafis untuk mendukung fungsi museum tersebut edukatif kultural. Penyajian rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah juga membutuhkan tenaga spesialis tersebut.
"Kebutuhan tenaga spesialisasi tersebut sudah diajukan namun belum mendapatkan tanggapan dari pemerintah," kata Koordinator Bimbingan Museum Sang Nila Utama, Endrizal dalam keterangannya di Pekanbaru, Jumat (18/12).
Museum Sang Nila Utama merupakan museum warisan di Pekanbaru, Indonesia. Museum ini mengumpulkan dan menyimpan berbagai warisan yang berhubungan dengan Riau-Budaya Melayu seperti pakaian adat pernikahan, permainan tradisional, instrument-instrumen musik dan artefak tradisional lainnya.
Tidak jauh dari museum ini terdapat gedung pameran yang disebut dengan "Gedung Taman Budaya Riau" (Riau Cultural Park Building). Nama Sang Nila Utama diambil dari nama pengeran Sriwijaya yang berasal dari Palembang sebagai pendiri kerajaan Singapura pada tahun 1299. (Baca juga: RJ Lino Terancam Penjara Seumur Hidup).
Menurut Endrizal, tenaga di museum ini baru 39 orang terdiri atas 22 PNS, 5 Satpam, 8 cleaning service, dan pegawai tidak tetap sebanyak empat orang. "Idealnya museum ini memiliki 48 tenaga ditambah dengan tenaga spesialisasi arkeologi, antropologi, sejarah, kimia masing-masing dibutuhkan sebanyak dua orang dan seroang tenaga disain grafis," katanya.
Sementara itu koleksi benda di museum ini ada 4.422 yang terdiri atas sepuluh jenis benda etnografika, geologika, biologika, numismatika, heraldika, keramika logika, tekhnologika, senirupa, dan arkeologika.
"Kita berharap dengan adanya penambahan tenaga spesialisasi itu maka kualitas pelayanan museum ini ke depan bisa lebih ditingkatkan dan bisa menuju setara dengan keberadaan museum di Yokyakarta," katanya.