REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Melissa Yassini dan putrinya yang bernama Sofia menghabiskan waktu setiap malam untuk membaca pesan-pesan dari ribuan orang di media sosial. Para netizen menuliskan agar Sofia tidak perlu takut karena dia seorang Muslim.
Gadis berusia 8 tahun ini sering mendapatkan teror hanya karena ia seorang Muslim. Sofia dipaksa untuk pergi dari Amerika Serikat (AS).
Kisah teror terhadap Sofia ini kemudian menginspirasi sebuah kampanye media sosial dengan tagar #IWillProtectYou. Para netizen yang mengirimkan tagar #IWillProtectYou berdatangan dari berbagai kalangan termasuk tentara.
"Banyak dari mereka, yang mendukung Sofia, itu sangat penting baginya," kata Melissa Yassini dilansir uk.news.yahoo.com, Rabu (23/12).
Sebelumnya, Melissa Yassini membagikan ke media sosial perihal respon putri ciliknya tersebut atas panggilan kandidat calon presiden AS Donald Trump yang melarang masuknya umat Muslim ke AS.
Setelah mendengar usulan Trump dari televisi, Sofia lantas mengemas beberapa pakaiannya ke dalam tas bersama boneka Barbie miliknya. Sofia juga memeriksa kunci pintu rumahnya karena dia takut tentara akan datang membawanya pergi karena ia Muslim.
Sofia adalah salah satu potret anak-anak Muslim yang dirundung ketakutan di tengah meningkatnya sentimen anti-Islam.
Salah satu pembaca kisah Sofia, Kerri Peek, menuliskan kepada Sofia bahwa ia meminta tentara untuk menenangkan Sofia. Ribuan pesan yang berisi dukungan datang kepada Sofia. Para netizen yang memberi dukungan mengirimkan foto mereka dengan mengenakan seragam tentara.
"#Iwillprotectyou dengan napas terakhir saya Sofia!" tulis Brandon Sterne, seorang tentara Angkatan Laut yang bertugas di Irak.
"Saya hanya mengatakan padanya bahwa kebencian tidak akan menang, semuanya akan baik-baik saja," kata Sterne. "Ada orang-orang baik di dunia, dan orang-orang yang baik akan selalu melindunginya dari orang-orang jahat."
Yassini mengatakan rasa takut putrinya hingga saat ini sudah mulai berkurang, namun Sofia masih sedikit gugup. Yassini menyalahkan komentar Trump atas apa yang terjadi pada putrinya dan anak-anak Muslim lainnya.