REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menjelaskan, ada empat faktor utama yang menyebabkan penurunan jumlah penduduk miskin pada periode September 2015 terhadap Maret 2015.
Suryamin mengatakan, faktor pertama penyebab menurunnya jumlah penduduk miskin adalah tingkat inflasi yang relatif rendah. Selama periode Maret 2015-September 2015, inflasi umum tercatat 2,69 persen.
"Inflasi yang rendah berpengaruh terhadap garis kemiskinan. Karena itu, sangat penting untuk terus mengendalikan harga," kata Suryamin dalam paparannya di kantor BPS, Senin (4/1).
Faktor kedua, tambah Suryamin, karena rata-rata harga beras secara nasional turun 0,92 persen dari Rp 13.089 per kg pada Maret 2015 menjadi Rp 12.968 per kg pada September 2015.
Selain harga beras eceran, harga komoditas bahan pokok lain yang mengalami penurunan adalah minyak goreng sebesar 2,80 persen. Harga minyak goreng turun karena harga kelapa sawit sedang anjlok. "Minyak goreng ini banyak dibutuhakan juga oleh masyarakat kita," ucap dia.
Jumlah penduduk miskin berkurang karena membaiknya perekonomian Indonesia yang membaik. Pada kuartal III 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 7,12 persen terhadap triwulan I 2015. Suryamin menjelaskan, ekonomi membaik pada kuartal III serapan belanja pemerintah sudah terealisasi. Selain itu juga karena ada peningkatan investasi.
Sedangkan faktor keempat adalah adanya perbaikan penghasilan petani. Ini ditunjukkan oleh kenaikan nilai tukar petani (NTP) sebesar 0,79 persen dari 101,53 pada Maret 2015 menjadi 102,33 pada September 2015.
Jumlah penduduk miskin pada September 2015 mencapai 28,51 juta orang atau 11,13 persen dari total jumlah penduduk. Itu artinya, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 80 ribu orang jika dibandingkan pada periode Maret 2015 yang sebanyak 28,59 juta orang. Tapi, jika dibandingkan dengan September 2014, jumlah penduduk miskin meningkat 780 ribu orang.