REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Dewan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Ni'am Sholeh mengungkapkan insiden menari di alas sajadah menyangkut soal sensitivitas penyelenggara acara untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya.
"Ini soal sensitivitas penyelenggara acara untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Hal ini tidak patut terjadi," kata Asrorun Ni'am kepada Republika, Selasa (5/1).
Ia melihat kasus tersebut berangkat dari kealpaan, kelalaian, ketidaksiplinan dan kebodohan. Sehingga dia juga meminta kepada yang bersangkutan untuk segera meminta maaf kepada publik. "Minta maaf sebagai langkah baik, sebagai wujud kesadaran akan tindakan yang salah," katanya.
Acara tersebut menurut Kakanwil Kemenag DKI Abdurrahman dilakukan, Ahad (3/1) dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kementrian Agama ke-70 di Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kanwil-Kemenag) Jakarta.
Dia sudah meminta maaf kepada publik atas kealpaan Kanwil Kemenag DKI Jakarta yang tidak cermat melihat teknis acara yang mereka selenggarakan.
Dia mengaku insiden tersebut sama sekali tidak ada unsur kesengajaan, dan berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali di lain waktu.
Selanjutnya, Asrorun juga menegaskan harus ada komitmen untuk melakukan perbaikan dan tidak mengulangi kejadian tersebut. Kemudian MUI dalam hal ini sebagai tenda besar umat Muslim di Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk terus mengedukasi masyarakat, terutama terkait dengan sensitivitas beragama.