REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan peristiwa terjadinya insiden menari Bali di atas karpet bermotif sajadah yang diselenggarakan Panitia Hari Amal Bhakti (HAB) ke-70 Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) DKI Jakarta.
Meskipun karpet bermotif sajadah adalah produk budaya, Ketua PBNU, KH. Aizuddin Abdurrohman, mengatakan tata krama dan dimensi etis terhadap sajadah sebagai instrumen ibadah dalam arti kebudayaan harus tetap diperhatikan.
"Secara fikih tidak ada masalah, tapi yang secara etis, ditinjau dari sisi moralitas, tentu saja hal itu tidak bisa dibenarkan," kata Kiai Aizuddin kepada Republika, Selasa (5/1).
Secara simbolik, kata Kiai Aizuddin, karpet bermotif sajadah yang bergambar masjid tentu indentik dengan tempat ibadah umat Islam. Hal ini menjadi sangat sensitif.
Maka dari itu, PBNU mendesak kepada Menteri Agama Lukman Hakim untuk mengusut tuntas motif di balik peristiwa tarian di atas karpet sajadah tersebut. "Harus ada tindakan tegas jika memang ia bukan berangkat dari ketidaksengajaan," tegasnya.
Menurut Kiai Aizuddin, kredibilitas Kemenag sangat tergantung pada keseriusannya dalam menyelidiki motif serta pengambilan tindakan dalam insiden ini.
Bagi umat Islam, PBNU sekali lagi menghimpau tidak mudah terpancing dan tidak mengambil kesimpulan sebelum benar-benar mengetahui duduk persoalan. Umat Islam harus menghindari bersifat reaktif serta raeksioner dalam menyikapi sebuah persoalan, apalagi jika dibumbui dengan emosi.