REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grande Mosque de Paris, demikian warga setempat menyebut Masjid Agung Paris ini, memiliki dua kubah dengan bentuk yang berbeda. Kubah pertama warnanya putih berbentuk seperti pada umumnya bulat.
Posisinya berada di atas samping bangunan masjid. Sementara, kubah kedua bentuknya kerucut, tingginya kurang lebih lima meter yang diperindah dengan balutan warna hijau. Letaknya tepat di tengah bangunan masjid bak panglima tiap bagian masjid.
Bagian lain yang akan membuat kita cukup terkesima pada masjid yang konsep pembangunannya mengikuti gaya mudejar (gaya arsitektur khas Muslim Spanyol Abad Pertengahan) adalah menaranya. Menara ini memiliki struktur paling tinggi di antara unsur bangunan lain pada masjid.
Menara yang terinspirasi dari Masjid al- Zitouna di Tunisia ini tingginya sekitar 33 meter. Ada beberapa ukiran di badannya yang membuat menara berbentuk segi empat ini terlihat sangat artistik. Corak warna dasar dan lapisan keramik hijau toska ini menjadi pendukung keindahan menara tersebut. Pada keramik-keramik tertata di dinding yang berwarna abu-abu.
Di dalam bangunan menara terdapat sebuah tangga yang menuju bagian puncak menara. Di tempat itulah kita akan melihat keindahan bangunan yang ada di sekitarnya. (Baca: Keelokan Masjid Agung Paris Sempurnakan Keindahan Ibu Kota Prancis)
Dinding masjid ini keseluruhannya mengguna kan warna putih bersih, hanya kubah dan menara yang catnya berbeda, dia memilih warna hijau-biru dan warna gading. Meski kontras, tetap menjadi sebuah paduan warna yang selaras.
Interior Untuk menuju ke dalam masjid, kita mesti melewati pintu gerbang utama. Setelah itu, kita akan melihat dominasi arsitektur moor, sebutan lain untuk Muslim Spanyol Abad Pertengahan, di setiap hiasan yang ada di dalam masjid. Isi ruangan yang kerap dengan unsur-unsur kesenian modern dan klasik ini tertata apik di dalam masjid. Mulai yang terlihat jelas sampai yang tersembunyi, semuanya memancarkan keindahan.
Bagian dalam masjid ini terinspirasi dari Masjid Al-Qaraouiyyin yang terletak di Kota F?s, Maroko. Seluruh bagian dekorasi dibuat oleh pengrajin dari Afrika Utara dengan menggunakan bahan-bahan tradisional dari negara yang sama. Misalnya, pahatan kayu, batu mosaik, bahkan di ruang kamar mandi dilengkapi dengan batu marbel dari Turki.
Dan, yang paling mengesankan ketika ada di area masjid adalah selasarnya yang lantainya menggunakan keramik warna hijau dengan corak bergelombang. Jika dilihat dari kejauhan, lantai ini seperti air yang bergoyang-goyang di danau lepas.
Pilar-pilar yang berdiri berkelompok yang tertanam di ruang utama masjid juga tidak lepas dari perhatian mata. Meski berkelompok antara pilar satu dan pilar lainnya saling menyambung, hanya dibatasi ceruk setengah lingkaran dengan profil-profil menonjol di bagian ujung tiang sebagai penguat penyangga.