REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan (Kemnekes), Mohamad Subuh menyatakan hingga 2019, Kemenkes menargetkan 80 juta Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di tingkat rumah. Hal ini dilakukan untuk menekan banyak masyarakat yang terkena penyakit DBD di Indonesia.
"Kita punya program satu rumah satu Jumantik, tahun ini lebih masif lagi kita kampanyekan, kita rubah menjadi Hari Jumantik Nasional. Target kita hingga 2019 adalah 70 sampai 80 juta Jumantik di tingkat rumah," kata Subuh di Gedung Adhytama, Kemenkes, Jakarta Pusat, Selasa (12/1).
Menurut Subuh, target tersebut telah diproyeksikan berdasarkan jumlah rumah tangga yang ada di Indonesia. Menurutnya, satu rumah tangga harus punya satu jumantik.
Namun, sebelumnya bulan Juni Subuh menginginkan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek untuk terjun ke lapangan langsung. Sekaligus, kata dia, nantinya Menteri Nila dapat mempromosikan Jumantik di tingkat rumah tangga tersebut.
Untuk mensukseskan program ini, Subuh mengimbau kepada masing-masing rumah tangga untuk menyiapkan satu orang yang secara operasional bisa menjadi anggota Jumantik tersebut. Setiap anggota rumah tangga, kata dia, berhak untuk menjadi Jumantik.
"Kalau di rumah itu ada tiga kamar mandi, seharusnya ada tiga senter yang disediakan di kamar mandi di tiap rumah, apalagi biayanya cukup murah," ujar Subuh.
Subuh mengatakan, sebelum mandi jumantik tersebut nantinya bisa menyenter bak dengan senter tersebut, sehingga bisa melihat jentik-jentik yang ada di dalam bak kamar mandi. "Nanti bisa mengambil Jumantik yang ada dengan memakai gayung. Karena sayang sekali kalau harus menguras sekian bak air tiap minggu. Kan airnya sayang," ujarnya.
Selain itu, kata dia, setiap anggota keluarga yang ingin menjadi Jumantik nantinya akan dibuatkan sertifikat. Karena seorang Jumantik juga mempunyai kewajiban untuk melapor dengan menggunakan form.
"Lapornya nanti ke kader Jumantik yang ada di tingkat posyandu atau RW/RT. Hal ini sudah berjalan seperti di Jawa Timur, dan Jawa Barat, dan di DKI malah lebih maju," ucapnya.