Jumat 15 Jan 2016 17:10 WIB

Pelaku Teror Sarinah Rakit Bom di Jakarta

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Esthi Maharani
Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan (tengah) bergegas meninjau lokasi dari aksi teror di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan (tengah) bergegas meninjau lokasi dari aksi teror di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku teror Sarinah menggunakan sejumlah bom rakitan sebagai bentuk serangan yang dilancarkan pada Kamis (14/1) kemarin. Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, bom yang digunakan pelaku dirakit di Jakarta.

"Ada di satu tempat di Jakarta," ucapnya di Istana Negara, Jumat (15/1).

Kendati begitu, demi kelancaran operasi yang dilakukan pihak kepolisian, dia menolak mengungkap lokasi tempat bom dirakit. Luhut berjanji, apabila seluruh operasi sudah selesai, pemerintah akan mengungkap semua hal yang berkaitan dengan peristiwa teror kemarin.

"Kalau kita buka semua, operasi yang berjalan jadi kacau," kata mantan duta besar Singapura tersebut.

Selain soal bom rakitan, Luhut juga mengungkap bahwa pelaku mendapat senjata dari daerah Mindanao, Filipina. Senjata itu telah digunakan untuk menyerang secara membabi buta hingga menyebabkan beberapa anggota polisi terkena luka tembakan di perut dan kaki.

Lima pelaku teror Sarinah, sambung Luhut, memang telah diketahui sebagai salah satu anggota kelompok radikal sejak lama. Namun, dia menegaskan sulit bagi pemerintah untuk mengetahui kapan mereka akan menjalankan aksinya. Terlebih, operasi dilakukan dalam skala kecil dan tanpa alat komunikasi.

"Gerakan lima orang tanpa alat komunikasi, hanya dengan kurir, itu sungguh sulit," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement