Rabu 20 Jan 2016 05:51 WIB

Dakwah Harus Mencerahkan Umat

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Damanhuri Zuhri
 Ustaz Yusuf Mansur bersama kang Erick dan Fahira Idris tampil pada acara 'Dakwah On The Street' yang digelar iHAQi di Car Free day (CFD) Jl Dago, Kota Bandung, Ahad (15/2).   (Republika/Muhammad Taufik Hidayat)
Ustaz Yusuf Mansur bersama kang Erick dan Fahira Idris tampil pada acara 'Dakwah On The Street' yang digelar iHAQi di Car Free day (CFD) Jl Dago, Kota Bandung, Ahad (15/2). (Republika/Muhammad Taufik Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pendakwah diminta untuk menyampaikan dakwah yang mencerahkan umat. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, idealnya dakwahnya tidak hanya menerangkan, tapi juga mencerahkan. Lukman berharap agar para pendakwah tidak melakukan provokasi atau menghasut lewat dakwah.

“Dakwah yang mencerahkan lebih luas lagi konteksnya. Tidak hanya menjelaskan, tapi mampu menjelaskan mengapa ada pandangan yang membolehkan dan mengapa ada pandangan yang tidak membolehkan,'' ujar Menag dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menag menambahkan, ''Masing-masing dijelaskan sehingga kemudian umat tercerahkan, arif, dan tahu ada beragam pandangan di Islam terkait sebuah persoalan.”

Dakwah yang memprovokasi, kata Menag, adalah dakwah yang menyatakan pandangan-pandangannya saja yang paling benar, namun menjelek-jelekkan pandangan yang lain.

“Inilah bentuk-bentuk dakwah yang harus kita hindari karena dakwah-dakwah seperti itulah yang menyebabkan Islam di Indonesia ini selalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak produktif,” ungkap Lukman.

Menag berharap, pengurus masjid betul-betul bisa menyeleksi dai, mubaligh, dan khatib yang akan tampil berdakwah. Terlebih belakangan, kata Lukman, para pendakwah di masjid terlalu leluasa menyampaikan ceramah-ceramah, khutbah-khutbah yang bertolak belakang dengan esensi ajaran Islam yang damai.

Lukman mengimbau umat Islam agar tidak terlalu mudah diprovokasi dengan tindakan-tindakan oknum tidak bertanggung jawab seperti dalam kasus sandal dengan lafaz Allah, kejadian terompet yang menggunakan kover Alquran dan lainnya.

“Ada pihak-pihak yang sengaja ingin membenturkan umat beragama. Selanjutnya umat Islam emosi dan melakukan tindakan-tindakan anarkistis kemudian tidak sempat memikirkan hal-hal yang lebih penting seperti memerangi kemiskinan, menghadapi keterbelakangan di bidang pendidikan, dan menyejahterakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan,” kata menag menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement