REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gurun dengan iklim ekstrem, begitulah Sahara dikenal. Padang pasir ini melingkupi bagian utara, tengah, dan sedikit barat Afrika.
Negara-negara yang 'berbagi' Sahara antara lain Mesir, Mali, Libya, Mauritania, Chad, Niger, dan Algeria. Selain dilingkupi padang terluas nomor tiga di dunia, negara-negara Afrika tersebut berbagi sejarah pula tentang kebudayaan serta keilmuan Islam.
Menengok masa lalu, Afrika merupakan bagian penting dari sejarah keilmuan Islam. Negara-negara di sekitar Sahara diketahui merupakan pusat-pusat belajar bagi cendikiawan Muslim. Timbuktu, sebuah kota di Mali, jika mengingat kebudayaan Islam di Afrika, maka kota tersebut tak mungkin dilewatkan.
Legendaris, Timbuktu pada abad ke-14 merupakan kiblat belajar cendikiawan Muslim, terutama di Afrika. Reputasi universitas, sekolah-sekolah keilmuan Islam di Timbuktu tak perlu dipertanyakan lagi. Termahsyur di kalangan cendikiawan muslim.
Akan tetapi, menelusuri negara-negara di sekitar Sahara, bukan hanya Timbuktu yang memiliki sejarah legendaris tentang keilmuan Islam. Salah satu pusat belajar Islam di Afrika, ialah Birni Gazargamu, jantung negara bagian Kanem Bornu.
Birni Gazargamu letaknya persis di daerah Yobe, 150 kilometer dari Danau Chad. Birni Gazargamu adalah rumah dari Idris Alooma, raja dari abad ke-16 yang merintis kemajuan di bidang pemerintahan dan infrastruktur.
Pusat keilmuan Islam pertama di Sudan Tengah didirikan di sana, dengan Idris Alooma sebagai penggagasnya. Idris Alooma memang terkenal peduli dengan pendidikan, sebab ia sendiri seorang cendikiawan. Giatnya Idris membangun pusat studi Islam di Birni Gazargamu menghasilkan penulis sub-Sahara pertama yang menulis menggunakan bahasa arab, Ibrahim Al– Kanemi.